Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
INVESTASI

Harga Emas Diperkirakan Terus Jatuh

Kompas.com - 03/05/2013, 19:09 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Harga emas menyentuh titik terendahnya dalam tiga tahun ini, setelah para investor melepas kepemilikannya atas komoditas itu lewat berbagai bursa produk perdagangan (exchange traded products/ETP).

Dari catatan Bloomberg diketahui bahwa para investor telah menjual emas hingga 174 metrik ton melalui berbagai ETP pada akhir bulan lalu, dan dana sebesar 17,9 miliar dollar AS hengkang dari pasar. Sejumlah analis memperkirakan kondisi tersebut akan terus terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

Sebanyak 20 analis yang disurvei memperkirakan harga emas akan terus jatuh pada pekan depan, sembilan analis memperkirakan harga bakal naik dan empat analis menyatakan netral. "Gambaran fundamental mengenai emas telah berubah. Para investor yang memegang emas maupun portofolio berjangkanya masih mencari exit strategy," ujar Ole Hansen, Head of Commodity Strategy, Saxo Bank, Kopenhagen.

Di pasar London, harga emas jatuh hingga 12 persen menjadi 1.476,77 dollar AS per ounce, setelah dalam 12 tahun harga komoditas itu naik tujuh kali lipat. Harga komoditas ini sempat mencapai posisi tertingginya, yaitu 1.900,23 dollar AS per ounce pada April 2011.

Di sisi lain, bank sentral dari berbagai negara justru memanfaatkan momentum pelemahan harga komoditas ini dengan terus menumpuk cadangan emasnya, selagi harganya jatuh. Data dari World Gold Council menunjukkan, jumlah emas yang dibeli berbagai bank sentral mencapai 534,6 ton pada akhir tahun lalu. Jumlah tersebut tercatat sebagai yang terbesar sejak 1964.

Di tengah harga emas yang sedang bearish, ada sejumlah hedge fund yang masih menaruh optimismenya. Hal ini terkait dengan langkah The Fed yang tetap berkomitmen membeli obligasi Pemerintah AS. Di sisi lain, langkah European Central Bank memangkas suku bunganya juga menjadi pertanda baik bagi harga komoditas ini.

Credit Suisse Group AG dalam risetnya yang dipublikasikan pada Kamis (2/5/2013) menyebutkan bahwa tren pembelian emas oleh bank sentral berbagai negara akan terhenti jika harga emas naik di level 1.500 dollar AS per ounce.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com