Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pusaran Saham dan Rupiah

Kompas.com - 15/06/2013, 22:37 WIB

KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan dan nilai tukar rupiah mengalami volatilitas cukup tinggi pada dua pekan pertama di bulan Juni. Indeks terempas dari posisi tertingginya di level 5.200-an, sementara rupiah sempat menembus level psikologis Rp 10.000 per dollar AS dalam transaksi hariannya.

Investasi asing di saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pun berkurang. Hingga Jumat (14/6/2013), investor asing mencatat pembelian bersih senilai Rp 4,89 triliun. Jumlah itu melorot dari posisi tertingginya di Rp 24,65 triliun. Di surat utang negara, kepemilikan asing turun Rp 2,1 triliun menjadi Rp 2,94,1 triliun.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah berada dalam pusaran modal global. Arus modal global berada di titik sentral yang menentukan. Keluar masuknya modal global, termasuk investor asing, membawa potensi sekaligus tantangan yang menentukan ekonomi makro sebuah negara, termasuk Indonesia.

Sejumlah analis dan pengamat telah mengeluarkan peringatan saat IHSG menyentuh level di kisaran 4.200-4.500 lalu. Valuasi indeks dinilai sudah terlalu tinggi di atas fundamental emiten-emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.

Kenaikan indeks juga justru harus diwaspadai karena menyimpan bom waktu bagi tekanan lebih besar atas nilai tukar rupiah. Selain oleh investor asing, grup perusahaan di Indonesia juga berusaha mencari dana segar dari pasar modal dan keuangan, antara lain untuk memenuhi kebutuhan dollar AS bagi pemenuhan utang-utang mereka.

Dari sisi eksternal, perkembangan ekonomi global yang bias ke bawah dan prospek fiskal AS menimbulkan ketidakpastian di pasar keuangan global, dan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan IHSG secara langsung maupun tidak langsung.

Otoritas Bank Indonesia menyatakan, apresiasi dollar AS secara global merupakan antisipasi terhadap kemungkinan berakhirnya kebijakan quantitative easing (pelonggaran likuiditas) oleh Bank Sentral AS, The Federal Reserve, sehingga memunculkan kekhawatiran pada pasar keuangan global. Itu masih ditambah dengan moderasi pemulihan ekonomi China yang tertekan kondisi perekonomian Uni Eropa yang masih lemah. Koreksi harga komoditas pun tak terelakkan.

Dengan tambahan dana segar senilai 85 miliar dollar AS per bulan, likuiditas global bertambah sehingga dapat disebar ke negara-negara yang menawarkan imbal hasil dan potensi keuntungan tinggi. Kawasan Asia termasuk di dalamnya. Jepang yang juga mempunyai program stimulus moneter, menjadi negara yang dituju, disusul Indonesia, Thailand, dan Filipina, yang baru saja memperoleh peringkat utang layak investasi.

Beberapa data perekonomian di AS terbaru terus menunjukkan perbaikan. Spekulasi The Federal Reserve akan menghentikan program stimulus moneternya itu pun meningkat. Perbaikan data perekonomian AS terbaru antara lain mencakup klaim penurunan angka pengangguran, berkurang 12.000 dari 334.000 pengangguran yang terdata sebelumnya. Pengurangan angka pengangguran juga disebut diikuti dengan perbaikan gaji pegawai. Peningkatan gaji pegawai diperkirakan memberi andil pada peningkatan penjualan ritel, yang melampaui ekspektasi, dari 0,1 persen April 2013 menjadi 0,6 persen Mei 2013.

Layaknya petani, ada waktu menanam maka tiba saat menuai. Layaknya pedagang, menjual di harga tertinggi menjadi pilihan terbaik. Juni menjadi waktu tepat bagi investor mengambil hasil investasinya. Itu memperoleh penegasan dengan persepsi memburuk atas belum diambilnya ketegasan atas kebijakan bahan bakar minyak bersubsidi. (BENNY D KOESTANTO)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com