Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bahan Pangan Masih Meroket

Kompas.com - 11/07/2013, 07:38 WIB

Bulog sedianya akan memasukkan daging sapi beku lewat Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng. Selebihnya lewat Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Di samping itu, stok 109.000 ekor sapi yang semestinya untuk stok akhir tahun dimajukan.

”Kita sudah miliki respons untuk mengatasi kenaikan harga ini dan menjaga inflasi pada target 7,2 persen (sampai dengan akhir tahun),” kata Hatta.

Suswono menambahkan, kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ras pada bulan puasa tahun ini kurang wajar karena terlalu tinggi. Alasan para pelaku usaha adalah untuk menutup kerugian beberapa bulan silam.

Dalam waktu dekat, Suswono berencana bertemu dengan para pemangku kepentingan untuk mencari penyebab dan solusi.

Untuk daging sapi, Suswono menegaskan, pihaknya mengutamakan sapi siap potong sebanyak 109.000 ekor. Ini sambil menunggu impor dari Bulog, yang disebutkan telah menjalin kontrak dengan pihak di Australia.

”Cuma masukkan barang melalui bandara ada aturan karantina. Salah satunya harus ada kontrak dengan instalasi karantina hewan sementara. Kebetulan Bulog memang belum punya itu. Nanti ini akan dicarikan solusi supaya segera bisa masuk lewat bandara tanpa melanggar aturan karantina karena itu sesuatu yang sudah mengikat,” kata Suswono.

Kebijakan cerobohMenurut Siswono Yudo Husodo, anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Partai Golkar, harga daging sapi yang melonjak merupakan akibat kecerobohan kebijakan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian.

”Akibat ceroboh dalam mengeluarkan kebijakan, harga daging sapi tinggi. Di sisi lain, peternak dan pedagang hanya untung sedikit, sementara konsumen dirugikan,” tuturnya.

Kesalahan utama Kementerian Pertanian adalah mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan perusahaan penggemukan sapi (feedlot) membeli sapi bakalan dari dalam negeri. Akibatnya, harga sapi bakalan di dalam negeri melambung karena permintaan yang tinggi.

Sebelum ada kebijakan itu harga per kilogram daging sapi berat sapi hidup sekitar Rp 25.000. Sekarang melonjak menjadi Rp 38.000 per kilogram, padahal idealnya harganya Rp 28.000 per kilogram. Saat ini harga per kilogram berat sapi hidup siap potong berkisar Rp 38.000.

Harga daging sapi di lapangan terus meroket. Di Pasar Kosambi, Bandung, Jawa Barat, harga daging sapi cukup tinggi mencapai Rp 110.000 per kilogram. Padahal, papan pengumuman dengan lampu berjalan di gerbang masuk pasar per 8 Juli 2013 menyatakan harga daging sapi Rp 95.000-Rp 105.000 per kilogram.

Dari pemantauan Kompas, harga daging sapi dan harga sejumlah bahan pangan lainnya di sejumlah kota di Tanah Air juga mencatat kenaikan yang tinggi. Warga tertekan oleh kenaikan harga aneka bahan pangan.

Di sejumlah pasar di Batam, Kepulauan Riau, Selasa, warga menilai, yang terjadi bukan lagi kenaikan harga. ”Sekarang harga-harga sudah berganti, sama sekali lain dibandingkan sebulan lalu,” ujar Hasnah (24), pembeli di Pasar Tos3000.

”Para pemilik kekuasaan jangan mengebiri pasar karena kebijakan impor bahan pangan merupakan sumber rente ekonomi. Biarkan pasar berjalan alamiah. Jangan buat berbagai larangan yang akhirnya jadi sumber ekonomi biaya tinggi,” kata ekonom Faisal Basri, di Osaka, Jepang, Rabu, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Banu Astono.

Akibatnya, pasar terdistorsi sehingga terjadi gap antara permintaan dan pasokan. Kekurangan ini lalu menjadi pintu masuk bagi para pemburu rente meminta izin kepada penguasa pembuat kebijakan sektoral tersebut. (LAS/MAS/ETA/SIR/ENG/RAZ/EKI/ABK/PRA/ODY/WIE/NIT/NIK/DMU/KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com