Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Mana Sapi Impor Itu ?

Kompas.com - 12/08/2013, 08:40 WIB
Andreas Maryoto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -  Harga daging sapi kembali melambung dua hari menjelang Lebaran. Harga yang sempat menyentuh Rp 80.000 per kg di beberapa daerah, kembali melonjak hingga di atas Rp 100.000. Pemerintah seperti tidak berdaya menekan harga daging sapi.

Berbagai upaya pemerintah untuk menekan harga daging sapi telah dilakukan, dari mulai mengimpor daging sapi melalui pesawat udara hingga mengimpor langsung sapi siap potong. Keputusan ini dilakukan karena kenaikan harga sapi telah membebani masyarakat.

Langkah mengimpor sapi siap potong baru pertama kali dilakukan. Sebelumnya impor sapi tidak boleh berupa sapi siap potong. Importir harus menggemukkan sapi sebelum dijual ke pasar.

Pemerintah beralasan penggemukan bisa memberi nilai tambah kepada peternak. Cara ini juga dilakukan agar tidak mendisinsentif peternak dalam negeri karena penjualan langsung akan menghadapkan antara peternak dalam negeri dan peternak luar negeri.

Kembali ke soal impor sapi siap potong, meski bisa memukul peternak lokal, tetapi langkah ini tetap dilakukan hingga Desember mendatang. Alasan pemerintah adalah untuk mengendalikan harga daging sapi. Dalam kondisi ini, semua pihak mungkin bisa memaklumi.

Akan tetapi, pemakluman itu bukanlah cek kosong bagi pemerintah untuk bebas membiarkan impor sapi dan juga membiarkan sapi yang telah diimpor tanpa diawasi pemotongannya. Bila pembiaran itu dilakukan maka maksud dari pembebasan impor sapi siap potong, yaitu agar harga daging sapi turun, tidak akan tercapai.

Dalam hal ini, pemerintah perlu memastikan jumlah sapi yang sudah diimpor dan juga memastikan keberadaan sapi tersebut. Untuk meyakinkan masyarakat, pemerintah juga perlu menginformasikan jadwal pemotongan agar bisa menekan pedagang yang bermain di pasar.

Langkah yang praktis ini perlu dilakukan setidaknya untuk meyakinkan masyarakat agar impor sapi siap potong ini bebas dari upaya untuk memburu rente semata.

Kekhawatiran masyarakat itu bukanlah sesuatu yang aneh, tetapi sangat wajar. Persoalan transparansi menjadi serius ketika isu perburuan rente masih banyak terjadi dalam perdagangan, terutama perdagangan yang mudah dan cepat memberi keuntungan.

Impor produk pertanian baik berupa beras, gula, jagung, dan juga sapi, termasuk di dalam perdagangan yang mudah dan cepat memberi keuntungan. Apalagi pada saat harga terus bergejolak.

Setidaknya dari beberapa kasus yang didapat Kompas, perburuan rente banyak terjadi di beberapa impor komoditas itu. Tidak jarang perburuan rente ini melibatkan pengurus partai politik. Masyarakat juga mudah sekali mengaitkan perburuan rente dengan aktivitas politik. Terkait dengan hal ini, maka persiapan pemilihan umum tahun depan bisa menjadikan sejumlah makelar politik mengganggu urusan impor yang sebenarnya tidak ruwet.

Kondisi inilah yang menjadikan tantangan Kementerian Perdagangan makin berat. Di satu sisi kementerian ini tentu sudah direpotkan oleh gejolak harga daging itu sendiri. Di sisi lain makelar politik kerap sekali mengganggu pengendalian harga karena mempunyai keinginan lain. Langkah memastikan impor sapi tetap profesional harus dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Resmi Kuasai 100 Persen Saham Bank Commonwealth, OCBC NISP Targetkan Proses Merger Selesai Tahun Ini

Whats New
Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi 'Trading'

Sucor Sekuritas Ajak Masyarakat Belajar Investasi lewat Kompetisi "Trading"

Earn Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com