Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urusan Cangkir, Dunkin Donuts Akan Tiru Starbucks

Kompas.com - 26/08/2013, 09:33 WIB
Didik Purwanto

Penulis


NEW YORK, KOMPAS.com — Dunkin Donuts telah menjual lebih dari 1,7 miliar cangkir kopi di seluruh dunia setiap tahun. Namun, tahukah Anda bahwa cangkir kopi tersebut terbuat dari busa dan saat ini akan dilarang pemakaiannya di beberapa kota di Amerika Serikat?

Hal itu menjadi salah satu alasan Dunkin Donuts mulai mengalihkan cangkir berbahan busa menjadi berbahan kertas. Mulai 1 Desember mendatang, penggunaan busa untuk cangkir akan dilarang di Amerika Serikat. Pelarangan ini akan dimulai di kota New York, Baltimore, Cupertino, California, Portland, dan Manhattan.

Sebenarnya, sejak tahun 2011 lalu, Dunkin Donuts telah mempertimbangkan untuk menggunakan bahan yang berbeda untuk cangkir tersebut. Juru bicara Dunkin Donuts Michelle King mengatakan, pihaknya sudah menguji cangkir kertas ganda di lima lokasi di Brookline, Massachusetts.

Dengan pengalihan jenis bahan untuk cangkir ini, Dunkin Donuts bisa dibilang meniru langkah Starbucks yang terlebih dahulu menggunakan cangkir berbahan kertas.

Cara serupa juga diterapkan oleh restoran cepat saji McDonald yang sudah memulai proyek percontohannya sejak tahun lalu. "Ini merupakan masalah penting dan rumit dan kami ingin mengambil setiap langkah untuk memastikan bahwa kami mendapat hak ini. Kami bersedia untuk membuat perubahan selama dapat memuaskan pelanggan dan pewaralaba apalagi bisa ramah lingkungan," kata King.

Berdasarkan fakta di lapangan, tidak ada cangkir kopi panas yang mampu dengan mudah untuk didaur ulang. Ada pelapis yang membuat kopi tetap panas, tetapi tangan pembeli tidak merasa kepanasan saat memegang cangkir tersebut.

Dunkin Donuts sedang membuat proyek untuk membuat cangkir agar tangan pembeli tetap dingin, kopi tetap panas, dan mudah untuk didaur ulang. Padahal untuk bahan sebelumnya, cangkir milik Dunkin Donuts ini bisa didaur ulang dan digunakan untuk furnitur, gantungan baju, dan casing disket. Masalahnya, tidak semua kota di Amerika Serikat atau bahkan dunia punya tempat pendaurulangan bahan dari busa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com