Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luruskan Menperin, Dahlan: Inalum Belum Pasti Dibawa ke Arbitrase

Kompas.com - 06/11/2013, 13:01 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan meluruskan pemberitaan yang sebelumnya menyatakan bahwa nilai pembelian PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sudah pasti ditentukan lewat jalur arbitrase.

Pasalnya, hingga berita ini dilansir, Indonesia masih menunggu sikap Jepang atas penawaran yang diberikan. "Pilihannya, setuju atau tidak setuju. Nah, kalau tidak setuju berarti kemungkinan akan arbitrase," kata Dahlan kepada Kompas.com, Selasa petang (5/11/2013).

Pernyataan Dahlan ini sedikit berbeda dengan Menperin MS Hidayat, yang sebelumnya menuturkan sesuai perjanjian, seluruh aset PT Inalum telah menjadi milik pemerintah Indonesia per hari Jumat (1/10/2013).

Sementara itu untuk masalah harga pengambilalihan akan diselesaikan melalui arbritrase Internasional Center for Settlement of Investment Disputes (ICSID) seperti diatur dalam perjanjian.

"Per hari ini seluruh aset PT Inalum sudah kembali ke Indonesia. Jadi Kementerian BUMN punya aset baru, kata Hidayat seusai rapat bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat ( 1/10/2013 ).

Sebagaimana diketahui, setelah 30 tahun berjalan dengan mayoritas saham Nippon Asahan Alumina (NAA), Indonesia ingin mengambil alih Inalum dengan tawaran sebesar 558 juta dollar AS. Angka tersebut merupakan taksiran nilai aset Inalum per 31 Oktober 2013 oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Sementara dari audit per 31 Maret 2013, nilai Inalum sebesar 453 juta dollar AS. Penawaran tersebut juga sesuai dengan anggaran yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat sebesar maksimal Rp 7 triliun.

Sementara pihak Jepang menginginkan harga akuisisi sebesar 626 juta dollar AS, berdasarkan hasil perhitungan revaluasi aset setelah krisis 1998. "Posisi kita menunggu apakah kita sudah boleh bayar sesuai tawaran kita," ujar Dahlan.

Lebih lanjut, mantan Direktur Utama PLN itu mengungkapkan, tim negosiator Indonesia tak bisa menaikkan penawaran lantaran terikat dengan hasil audit BPKP. "Ini karena pihak kita itu pemerintah yang tidak mudah menaikkan tawaran seperti swasta. Kalau kita menawar di atas angka audit BPKP kita bisa dianggap korupsi," pungkas Dahlan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Pengembangan Hub 'Carbon Capture and Storage', Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Pengembangan Hub "Carbon Capture and Storage", Pertamina Hulu Energi Gandeng ExxonMobil

Whats New
SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

SeaBank Indonesia Bukukan Laba Rp 52 Miliar di Kuartal I-2024

Whats New
Bakal 'Buyback' Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Bakal "Buyback" Saham, Bos ADRO: Sebanyak-banyaknya Rp 4 Triliun

Whats New
Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Luhut Dorong Maskapai Penerbangan Asing Beroperasi di Indonesia

Whats New
Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Kementerian ESDM: 331 Perusahaan Industri Menghemat Energi pada 2023

Whats New
Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Home Credit Catat Volume Pembiayaan Rp 2,59 Triliun Sepanjang Kuartal I 2024

Whats New
Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Membangun Bisnis Kuliner bersama Boga Hiji

Whats New
Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Di Tengah Penurunan Penjualan Unit Baru, Tren Kredit Kendaraan Tetap Tumbuh

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com