"Situasi menjadi tidak pasti karena bergesernya lanskap ekonomi global," kata Agus dalam pidato akhir tahunnya yang bertajuk "Mengelola Stabilitas, Mendorong Transformasi untuk Pertumbuhan Ekonomi yang Berkesinambungan", di Jakarta, Kamis (14/11/2013) malam.
Isu kedua, lanjutnya, terkait ketidakpastian yang meluas seiring ketidaktegasan kebijakan di Amerika Serikat, baik terkait penarikan stimulus kebijakan moneter maupun penyelesaian batas anggaran dan penghentian belanja pemerintah.
Agus memandang situasi yang berlarut ini memicu penilaian ulang risiko oleh investor dan menimbulkan reaksi berlebih, akhirnya menimbulkan gejolak di pasar keuangan global, termasuk RI.
Ketiga adalah berkaitan dengan ketidakpastian perkembangan harga komoditas. Sejalan dengan ekonomi global yang lambat dan pasar keuangan global yang bergejolak, harga komoditas masih melanjutkan tren penurunannya sehingga mempertegas era siklus panjang harga komoditas.
"Ketiga isu global tersebut tak terhindar menurunkan kinerja ekonomi RI. Di tengah kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik, kuatnya tekanan global mengakibatkan neraca transaksi berjalan mengalami tekanan," katanya.
Selain ketiga isu tersebut, pengurangan stimulus moneter (tapering off) oleh The Fed juga berpengaruh ke seluruh dunia. Ini, menurut Agus, membuat ekonomi RI ditandai derasnya aliran modal asing yang keluar dan membuat nilai tukar rupiah tertekan tajam.