Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lampu Kuning Indosat

Kompas.com - 02/04/2014, 10:33 WIB

Willy Sakareza*

 
KOMPAS.com - Kuartal pertama tahun 2014 ditutup dengan pelbagai laporan kinerja perusahaan di tahun 2013. Tidak terkecuali salah satu perusahaan telekomunikasi seluler terbesar Indonesia, Indosat.

Perusahaan yang identik dengan warna kuning ini melaporkan kerugian  besar yaitu sebesar Rp 2,78 triliun. Sangat timpang jika dibandingkan tahun 2012, dimana Indosat mencatatkan laba sebesar Rp 375 miliar. Kinerja perusahaan di tahun 2013 memang relatif memburuk jika membandingkan EBITDA di tahun 2013 dan 2012. Terdapat penurunan sebesar Rp 0,17 miliar.

Lampu Kuning!

Bak menyerupai warna kebesarannya, Indosat ibarat sedang berada di persimpangan jalan dengan lampu kuning sebagai tanda isyarat. Bisa menjadi lampu merah, bisa menjadi lampu hijau, atau bisa menjadi petunjuk untuk berhati-hati dalam bersaing di bisnis telekomunikasi.

Bagaimana tidak, potensi penurunan kinerja secara internal hingga persaingan keras dari kompetitor eksternal akan semakin menghantam perusahaan yang pernah tercatat sebagai milik negara.

Dari sisi internal, Indosat kerap disibukkan dengan permasalahan hukum yang menimpa salah satu petingginya dan anak perusahaannya, IM2. Sejak pergantian CEO dari Harry Sasongko ke Alexander Rusli, Indosat pun ditinggal oleh C-Level lain yaitu Erik Meijer sebagai penanggung jawab komersial dan Hans Christiaan Moritz sebagai penanggung jawab teknologi. Hingga saat ini, belum ada pengganti dari kedua ekspatriat tersebut.

Selanjutnya, Indosat hampir dipastikan kehilangan hak pengelolaan orbit satelit 150,5 derajat Bujur Timur yang biasa dipakai oleh Satelit Palapa C-2. Hal ini tentu saja berdampak pada terganggunya potensi total pendapatan perusahaan dari pengelolaan satelit yang berkisar di angka 238 Miliar Rupiah. Belum lagi dari pelemahan kurs rupiah terhadap dollar yang menganggu neraca keuangan perusahaan.

Dari sisi eksternal, Indosat tidak bisa mengabaikan potensi kekuatan baru pasca aksi korporasi XL Axiata yang mengakuisisi Axis Telecom. Penggabungan kedua perusahaan telekomunikasi ini, tentu saja memperkuat daya saing untuk mengalahkan Indosat, setidaknya sebagai operator telekomunikasi nomor dua di Indonesia.

Selain itu, adanya rencana pemerintah untuk mengubah lisensi pengelolaan frekuensi 2.3 GHz menjadi lisensi seluler, tentu saja akan menambah sesak kompetisi bisnis telekomunikasi seluler di Indonesia. Hal ini ditambah dengan rencana pemerintah memindahkan lisensi frekuensi Smartfren dari 1.9 GHz ke 2.3 GHz. Patut diketahui bahwa saat ini, Smartfren sedang gencar melakukan promosi inovasi produk Andromax sebagai senjata utama menembus EBITDA positif di tahun 2014. Besar kemungkinan Smartfren juga dapat menggoyahkan kedigdayaan Indosat dalam 1 atau 2 tahun ke depan.

Inovasi Strategi Bisnis

Sebagai pemain besar di bisnis telekomunikasi, akan sangat konyol jika Indosat tidak mengantisipasi berbagai kelemahan internal dan ancaman eksternal yang telah disebutkan di atas. Adanya inovasi akan strategi bisnis menjadi sebuah hal mutlak jika Indosat masih ingin bertarung secara kompetitif.

Harus ada sebuah langkah besar korporasi seperti yang dilakukan oleh Bakrie Telecom dengan membeli saham Path yang menandakan keseriusan Bakrie Telecom untuk bermain di bisnis layanan Over The Top. Di samping langkah besar korporasi yang sudah dilakukan oleh XL Axiata dan Smartfren.

Indosat bisa memanfaatkan keunggulan "existing" dengan melakukan intensifikasi dan diversifikasi program di segmen anak muda dan komunitas untuk bisnis seluler. Untuk langkah besar, Indosat bisa saja mengubah lini bisnis anak perusahaannya, IM2 yang memiliki jatah frekuensi 2.3 GHz untuk bermain di layanan residensial dengan memberikan layanan internet terpadu.

Layanan tersebut adalah layanan internet interaktif yang memadukan berbagai perangkat elektronik seperti televisi, telepon, dan perangkat hiburan atau rumah tangga lainnya. Mumpung belum banyak pemain telekomunikasi untuk mewujudkan smart house dan ICT integrated services untuk residensial. Hal ini mengingat adanya pertumbuhan kebutuhan perumahan dan semaraknya hunian-hunian eksklusif dan terpadu di berbagai kota-kota besar di Indonesia. Baik itu hunian tapak atau perumahan hingga gedung-gedung apartemen hunian.

Menarik untuk ditunggu pengejawantahan dari slogan Indosat yaitu Sinyal Kuat Indosat dan Punya Indosat. Apakah Indosat bisa memancarkan sinyal kuat untuk bersaing? Hingga meyakinkan publik bahwa keunggulan bisnis telekomunikasi memang masih Indosat punyai.

*Mahasiswa ICT in Business, Leiden University. Penerima Beasiswa Unggulan Kemendikbud dan Leiden Excellence Award

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com