Dari eksternal, baiknya data Amerika Serikat belum mampu menandingi tendensi investor global ke negara-negara berkembang. Dollar Index yang menguat justru hanya ditopang oleh pelemahan euro akibat rencana European Central Bank untuk terus mendorong perekonomian yang stagnan. Yield US Treasury 10 tahun berada di kisaran 2.5 persen, level terendah semenjak Oktober 2013.
Rupiah menguat tajam, begitu juga mata uang Asia. Pelemahan dollar AS yang signifikan terjadi di pasar Asia hingga Jum’at (16/5/2014) sore seiring dengan terpuruknya yield obligasi AS. Belum ada juga data menggembirakan datang dari sisi negara berkembang.
Asing masih masuk secara agresif ke aset rupiah; di perdagangan akhir pekan lalu asing mencatat pembelian bersih hingga Rp 2,1 triliun.
Riset Samuel Sekuritas Indonesia menyatakan dari sisi domestik tidak ada yang lebih penting ditunggu dibandingkan nama-nama capres dan cawapres. Rupiah diperkirakan di kisaran Rp 11.400-11.500 dengan kecenderungan melemah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.