Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Catur, Difabel Pun Bisa Naik Sepeda Motor

Kompas.com - 10/07/2014, 08:16 WIB

KOMPAS.com -
Kekurangan fisik merupakan sebuah tantangan hidup. Beberapa orang mungkin akan berkecil hati dengan fisik yang tidak normal. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Catur Bambang. Tekadnya untuk hidup mandiri dan terus berkarya terus menyala, meski cacat secara fisik. Dia juga punya andil yang besar bagi ratusan penyandang perbedaan kemampuan fisik (different ability) di seantero negeri.

Sejak 2004, Catur menggeluti usaha modifikasi sepeda motor khusus bagi mereka yang biasa disebut dengan istilah difabel tersebut. Sejak kedua kakinya diamputasi lantaran kecelakaan kerja, dia memang tak mau menyusahkan orang lain. Sayang, karena keterbatasan kemampuan fisik, Catur sulit mendapat pekerjaan. "??Bagaimana mau kerja, kalau syarat utama menjadi karyawan itu harus sehat secara jasmani dan rohani? Saya pasti tidak lolos,"? ujarnya.

Maka, pada 1999, ia membuka usaha jasa perbaikan alat elektronik. Bersama rekannya, ayah seorang putra ini menyewa lapak di daerah Senen, Jakarta Pusat. Hampir setiap hari, pria yang tinggal di Tangerang ini kesulitan untuk mencapai tempat usahanya karena sering ditolak kernet angkutan umum. Alhasil, banyak waktu terbuang menunggu angkutan. â?"Dari jam 7.00, baru jam 11.00 saya bisa naik angkutan,â?" kenang dia.

Pengalaman ini ia jalani selama bertahun-tahun. Hingga suatu saat, ia berikhtiar hal itu tidak boleh terus berlanjut. "??Pokoknya, saya mau mandiri karena sudah capek ditolak naik angkutan,â?" tegas pria kelahiran Surabaya, 14 Mei 1976 ini.

Kendaraan yang paling mungkin untuk memudahkan mobilitasnya adalah sepeda motor. Selain harga terjangkau, sepeda motor bisa lebih cepat mengantarnya sampai ke tujuan. Apalagi, pemerintah sudah mengeluarkan SIM D khusus bagi pengguna sepeda motor difabel. Catur pun membeli sepeda motor bebek manual untuk dimodifikasi.

Lulusan SMA di Surabaya ini lalu belajar pada teman-temannya yang berprofesi sebagai mekanik kendaraan. Tak main-main, ia menghabiskan waktu tiga tahun untuk memodifikasi sepeda motornya. Catur mengganti roda belakang sepeda motor dengan dua roda yang lebih kecil. Pada bagian belakang jok, ia menempelkan kaitan di kedua sisinya. Fungsinya agar ia bisa membawa serta kursi roda selagi bepergian dengan sepeda motor. Baru pada 2004, sepeda motor ini bisa dikendarai oleh Catur.

Bengkel sendiri

Catur tak pernah membayangkan akan terjun sebagai modifikator sepeda motor roda tiga. Namun, dia melihat, sepeda motor roda tiga ini juga dibutuhkan oleh kaum difabel lain.

Orderan pertama modifikasi pun datang tanpa sengaja. Saat Catur mengendarai sepeda motornya ke Senen, Jakarta Pusat, ada orang yang menghentikannya di tengah jalan. Ternyata orang itu penasaran pada sepeda motor yang dia kendarai. Dia memesan sepeda motor serupa bagi saudaranya yang juga difabel.

Di sisi lain, usahanya terdahulu perlahan-lahan harus ditinggalkan. Seiring kemajuan teknologi yang makin canggih, keterampilannya tak lagi memadai untuk memperbaiki alat elektronik terkini. Ia mengalihkan usahanya dengan menerima pesanan modifikasi sepeda motor roda tiga pada akhir 2004.

Awalnya, Catur tak pernah mempromosikan usaha modifikasinya. Ia mengandalkan pemasaran dari mulut ke mulut. "??Biasanya orang lihat sepeda motor hasil modifikasi saya di jalan, lalu tanya sama pengendara siapa yang bikin, akhirnya mereka pesan ke saya,"? jelas dia.

Dulu, Catur memodifikasi hanya satu unit sepeda motor saban bulan. Lantas, pesanan melonjak ketika ia mulai dilirik oleh salah satu televisi swasta pada 2007. "Sejak diundang ke salah satu acara teve, banyak orang yang menghubungi saya," tutur dia.

Setelah memiliki modal cukup, Catur merintis bengkel miliknya sendiri yang diberi nama Bengkel Modifikasi Motor Roda Tiga. Ia mengaku merogoh kocek Rp 20 juta untuk modal awal menyewa ruko dan membeli peralatan bengkel.

Catur sudah memodifikasi setidaknya 100 unit sepeda motor. Menurut Catur, tiap sepeda motor yang ia otak-atik pasti punya perbedaan. Beberapa sepeda motor dimodifikasi sehingga rodanya jadi tiga. Namun, ada juga motor yang diubah dengan menambahkan sespan, alias boncengan di samping sepeda motor.

Ia mematok tarif Rp 3,5 juta-Rp 8,5 juta untuk modifikasi satu sepeda motor. Selain berdasarkan model, tarif yang berbeda ini dia patok karena perbedaan bahan yang biasa dia pakai, besi biasa atau stainless steel.

Catur memerhatikan betul konstruksi sepeda motor yang ia modifikasi. Sebisa mungkin, sepeda motor itu sesuai dengan kebutuhan pengguna dan benar-benar aman dikendarai. Ia butuh waktu sekitar dua minggu memodifikasi satu sepeda motor. Bila sedang banyak pesanan, waktu ini bisa mundur jadi sekitar tiga bulan.

Tak jarang Catur turun tangan mengajari konsumen hingga bisa mengendarai sepeda motor. Saat mengantar sepeda motor ke alamat pemesan dipakai Catur untuk melatih cara mengendarai sepeda motor roda tiga. "Maklum, mayoritas mereka baru pertama kali menggunakan sepeda motor, jadi tidak tahu caranya,"? kata dia.

Kini, di bengkelnya yang berada di kawasan Rempoa, Tangerang, Catur mempekerjakan dua orang karyawan. Pemesan sepeda motornya sudah tersebar di berbagai pelosok, mulai Medan hingga Kalimantan.

Meski sudah dibantu karyawan, Catur mengakui belum bisa menerima pesanan dalam jumlah banyak. Dia bilang, sudah ada 178 orang yang antre memesan sepeda motor roda tiga.

Namun, antrean panjang itu terjadi bukan semata-mata karena keterbatasannya dalam memodifikasi sepeda motor. Karena latar belakang konsumen yang berasal dari kalangan ekonomi ke bawah, tarif modifikasi jutaan rupiah masih dianggap memberatkan. Apalagi pemesan dari luar kota masih harus mengeluarkan ongkos pengiriman segala.

"??Mereka harus menabung dulu baru bisa pesan sepeda motor, kadang sampai berbulan-bulan," ucap dia.

Diskriminasi di tempat parkir

Catur Bambang memang bukan satu-satunya modifikator sepeda motor bagi kaum difabel di kawasan Jabodetabek. Akan tetapi, Catur  bilang, dia adalah satu-satunya modifikator yang juga difabel. Kekurangan fisik itu yang menjadi keunggulannya dalam menjalani bisnis sebagai modifikator sepeda motor roda tiga.

Pasalnya, sebagai sesama difabel, Catur paham kebutuhan dan harapan konsumennya. Di samping itu, bagian sepeda motor yang ia rangkai pun tidak melekat secara permanen. Ia hanya menyambungkannya dengan mur. Kalau suatu saat ingin diotak-atik bisa lebih mudah.

Yang menarik, Catur juga memodifikasi sepeda motor khusus untuk istrinya, Manondang Tinambunan (38), yang juga cacat di bagian kaki karena kecelakaan kerja. Sejak menikah pada 2006, Catur membuatkan sepeda motor dengan sespan. Dulu, sespan digunakan untuk menyimpan kursi roda pada saat sepeda motor dikendarai. Kini, setelah punya anak, sespan itu bisa jadi tempat duduk sang anak saat diantar atau dijemput sekolah. "??Saya bersyukur bisa belanja dan mengantar anak layaknya ibu normal," ujar Manondang.

Catur pun bercerita, setelah mengendarai sepeda motor, kesempatan kerja dan berkarya kaum difabel lebih terbuka.

Meski mandiri, bukan berarti hidup para difabel tak punya kendala lagi. Baik Catur maupun Manondang mengatakan, sering ditolak oleh pengelola mal lantaran tidak ada ruang parkir khusus untuk mereka. "??Kami sering bingung, parkir di tempat sepeda motor tak cukup, tapi juga dilarang parkir di parkir mobil," ucap Catur.

Karena itu, dia berharap bisa memproduksi lebih banyak sepeda sepeda motor roda tiga. Dengan jumlah pengendara yang kian bertambah, ia berharap tak lagi mendapat diskriminasi.

Di masa mendatang, Catur pun berencana mengembangkan bengkelnya. Sudah ada rekan yang tertarik membuka bengkel serupa di luar kota, misalnya Jawa Timur dan Jawa Barat. "??Jadi saya yang konstruksi bagian tambahan di bengkel saya dan dipasang di bengkel mereka,"? tambah dia. (Marantina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 13 Bandara yang Layani Angkutan Haji 2024

Daftar 13 Bandara yang Layani Angkutan Haji 2024

Whats New
Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Kapan Dividen Dibagikan? Ini Penjelasan Lengkapnya

Earn Smart
Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Adik Prabowo Bangun Pabrik Timah di Batam, Bidik Omzet Rp 1,2 Triliun

Whats New
SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

SKK Migas Sebut Transisi Energi Akan Tempatkan Peranan Gas Jadi Makin Strategis

Whats New
PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

PT PELNI Buka Lowongan Kerja hingga 16 Mei 2024, Usia 58 Tahun Bisa Daftar

Work Smart
Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Bapanas Siapkan Revisi Perpres Bantuan Pangan untuk Atasi Kemiskinan Esktrem

Whats New
Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com