Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/12/2014, 10:16 WIB

KOMPAS.com - Pesawat Airbus A320, termasuk milik maskapai AirAsia yang hilang kontak, Minggu (28/12/2014), adalah salah satu kuda beban utama di industri penerbangan sipil dunia saat ini. Bersama pesaing utamanya, Boeing B-737, A320 menguasai pasar pesawat komersial jarak pendek-menengah.

Menurut keterangan di laman resmi Airbus, 6.331 pesawat dari keluarga A320 telah diproduksi sejak dioperasikan perdana pada 1988 hingga November 2014. Angka ini membuat keluarga A320 menjadi pesawat terlaris kedua sepanjang sejarah setelah B-737.

A320 dirancang sebagai pesawat penumpang satu selasar (single-aisle) bermesin ganda dengan kapasitas angkut 150-180 penumpang. Pada perkembangannya, tipe pesawat ini bertambah dengan varian A318 (berkapasitas 107-132 penumpang), A319 (124-156 penumpang), dan A321 (185-220 penumpang).

Pesawat AirAsia yang hilang itu adalah varian A320-200 dengan kapasitas 180 tempat duduk. Berdasarkan laman penerbangan Airfleets.net, pesawat dengan registrasi PK-AXC itu terbang perdana pada 25 September 2008.

Keunggulan teknologi

Sejak awal, Airbus berupaya merancang A320 unggul dari sisi teknologi. Salah satunya dengan menerapkan sistem kendali penerbangan elektronik atau fly-by-wire. A320 menjadi pesawat penumpang pertama yang menerapkan sistem kendali digital itu. Sebelumnya, sistem ini hanya dipakai di pesawat-pesawat tempur.

Penerapan teknologi canggih ini langsung terlihat begitu kita memasuki kokpit A320 yang menerapkan glass-cockpit. Semua instrumen dan indikator ditampilkan di layar monitor elektronik, bukan dalam bentuk indikator jarum analog lagi.

Tongkat pengendali (yoke) yang biasanya berada di depan pilot digantikan stik pendek yang terletak di sisi pilot. ”Rasanya seperti mengoperasikan mouse komputer,” tutur Kapten Guntur Prabowo, seorang pilot maskapai penerbangan nasional.

Menurut Guntur, sistem komputer A320 dirancang untuk melindungi pesawat itu dari berbagai kemungkinan masalah di udara. Sistem itu, misalnya, akan mencegah sudut hidung pesawat naik terlalu curam atau sudut kemiringan sayap terlalu tajam saat berbelok.

”Pesawat akan terkunci di sudut kemiringan yang aman untuk mencegah stall. Pesawat juga akan dengan sendirinya mencegah terbang terlalu cepat atau terlalu pelan,” ujar Guntur, yang berpengalaman menerbangkan A320 dan B-737.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com