Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyiasati Kocek Tetap Aman saat Pensiun

Kompas.com - 13/02/2015, 18:19 WIB

KOMPAS.com - Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika mendengar kata pensiun?  Mungkin sebagian besar orang akan mengidentikkan masa pensiun dengan masa tua, tidak lagi berjibaku mencari nafkah, hidup bersahaja, ngemong cucu, menghadapi risiko pikun, post power syndrome, dan lain sebagainya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pensiun berarti tidak lagi bekerja karena masa tugas sudah usai. Mengikuti definisi itu, masa pensiun artinya Anda tidak lagi bekerja formal. Oleh karenanya, tingkat penghasilan pun kemungkinan sudah tidak lagi sama seperti saat masih bekerja dahulu. Bahkan, cenderung lebih sedikit mengingat produktivitas Anda berhenti.

Anda beruntung bila termasuk kalangan yang sudah memiliki persiapan pensiun memadai, misalnya berupa bekal pensiun yang sudah mencukupi. Namun, tidak sedikit kalangan yang memasuki pensiun dengan persiapan seadanya. Uang pensiun dari kantor pas-pasan, sedang kebutuhan hidup terus meningkat. Bila Anda termasuk kalangan ini, sah-sah saja apabila terpikir untuk kembali produktif secara finansial.

Bagaimana caranya? Karena sektor formal sudah tidak menyediakan tempat bagi usia pensiun untuk terus bekerja, jalan satu-satunya adalah bekerja di sektor non-formal.

Sari Insaniwati, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, berujar, ada banyak pilihan yang bisa Anda jajaki agar tetap produktif secara finansial walau sudah memasuki kategori usia pensiun, antara lain memulai bisnis atau memanfaatkan aset yang Anda miliki agar bisa terus memberikan penghasilan rutin. Misalnya, memanfaatkan rumah yang tidak ditinggali sebagai kontrakan atau menginvestasikan sebagian tabungan hari tua di instrumen fixed income atau pendapatan tetap, seperti deposito dan sukuk ritel.

Pilihan lain adalah menjadi tenaga profesional sesuai keahlian yang Anda miliki. Misalnya, dahulu Anda bekerja di bidang perpajakan. Ketika sudah pensiun, Anda bisa menjajaki karier sebagai konsultan pajak. Beberapa profesi juga bisa tidak mengenal pensiun, seperti dokter, arsitek, dan lain lain.

Diana Sandjaja, perencana keuangan Tatadana Consulting, menambahkan, bisa pula Anda mengoptimalkan jaringan kerja atau relasi Anda dan merintis profesi sebagai broker atau middleman. “Manfaatkan pengalaman selama bekerja dengan mengajar, memberi seminar, atau menjadi konsultan,” kata Diana.

Sari menimpali, apa pun kegiatan masa pensiun yang hendak Anda pilih, sebaiknya Anda sudah membuat persiapan atau rintisan setidaknya satu atau dua tahun sebelum masa pensiun tiba.

Bila memilih bisnis
Nah, bila Anda cenderung lebih sreg memulai usaha atau berbisnis sebagai aktivitas saat pensiun agar tetap berpenghasilan, saatnya kini bergerak. Sari menyebutkan beberapa kriteria usaha yang bisa dirintis oleh pensiunan. Pertama, usaha dengan risiko relatif rendah dan pendapatan stabil.

Kedua, usaha yang mudah dijalankan dan tidak meminta stamina tinggi. Ketiga, usaha yang nilainya terus meningkat walaupun didiamkan. Keempat, usaha yang sesuai dengan minat dan keahlian.

Bisnis yang sesuai dengan beberapa kriteria tersebut, ujar Sari, antara lain usaha di sektor riil, seperti peternakan, pertanian, perkebunan, pariwisata, jasa, dan bisnis properti. Pilihan lain adalah membeli waralaba. “Dengan menjalankan bisnis waralaba, kita sudah memotong masa belajar karena sistemnya sudah disiapkan franchisor,” jelas Sari.

Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda lakukan bila ingin menjadi entrepreneur di masa pensiun:

Amankan kocek
Berbisnis tetap memiliki risiko. Maka itu, ketika hendak merintis usaha dalam kondisi sudah pensiun, Anda tidak bisa asal tubruk. Posisi sebagai pensiunan yang berpenghasilan terbatas menuntut Anda lebih cermat mengatur kocek. “Amankan dana untuk kebutuhan sehari-hari di instrumen dengan return stabil seperti deposito atau anuitas,” saran Diana.

Alhasil, untuk kebutuhan sehari-hari kelak, Anda tidak mengandalkan hasil dari bisnis yang baru dirintis. Dana darurat juga tetap perlu Anda siapkan sebagai antisipasi. Sedang untuk kebutuhan bisnis, gunakan anggaran lain di luar anggaran untuk kebutuhan sehari-hari.

Siapkan modal
Supaya kocek tetap aman di masa pensiun, merintis usaha lebih baik memakai modal sendiri alias bukan dana utang. Jangan pula menginvestasikan seluruh dana modal yang Anda miliki untuk satu bisnis saja. Cadangkan sebagian dana sebagai antisipasi apabila percobaan bisnis pertama Anda gagal. “Kecenderungan gagal bisnis start up cukup besar,” kata dia.

Konsep bisnis
Memulai usaha tidak bisa ujug-ujug berhasil. Agar lebih matang, siapkan rencana bisnis yang jelas. Tidak perlu terlalu rumit. Cukup perjelas jenis usaha, pasar atau konsumen yang disasar, kondisi persaingan di bidang usaha tersebut, rencana pemasaran, dan apa keunikan bisnis (unique selling point). Tidak lupa, simulasi usaha berisi analisis balik modal, proyeksi arus kas, dan sebagainya.

Bila harus berutang
Lantas, bagaimana jika modal untuk bisnis tidak ada atau kurang memadai? Bolehkah melirik utang atau kredit bank? Para perencana keuangan kompak tidak menyarankan hal itu.  “Jika bisnis masih baru dan belum memberi pendapatan yang stabil, belum waktunya kita ambil kredit dengan cicilan rutin,” jelas Diana.

Maklum, pendapatan seorang pensiunan umumnya jauh lebih kecil ketimbang yang masih produktif. Akan terlalu berisiko jika memulai usaha pada saat pensiun dengan modal utang. “Kalaupun mengambil kredit saat pensiun, penggunaannya adalah untuk ekspansi usaha yang sudah ada. Bukan untuk merintis usaha,” tegas Budi Raharjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning.

Jika memang dana pribadi Anda tidak memadai sebagai modal bisnis yang hendak Anda rintis, masih ada jalan lain. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, menyarankan Anda untuk menggandeng investor atau penanam modal. “Ajak kerjasama teman atau saudara sebagai rekan bisnis sehingga modal usaha tidak 100 persen berasal dari utang,” kata dia.

Nah, bila memang harus berutang untuk modal usaha rintisan, Anda harus memperhatikan hal-hal berikut ini agar utang tidak jadi malapetaka di masa pensiun Anda. Pertama, kemampuan membayar cicilan utang. “Apakah uang pensiun yang Anda terima cukup untuk melunasi pinjaman dan menopang hidup?” kata Rakhmi.

Hindari berasumsi cicilan utang akan Anda bayar dari hasil usaha yang kategorinya start up. Buat simulasi apabila mengambil kredit dengan cicilan sekian rupiah per bulan ditambah pengeluaran sehari-hari, apakah Anda masih bisa leluasa mengatur kocek Anda?

Kedua, penggunaan dana utang. Beberapa bank saat ini menawarkan kredit untuk pensiunan. Syaratnya mudah. Surat keputusan (SK) pensiun jadi jaminan karena pembayaran cicilan utang dipotong langsung dari uang pensiun debitor.

Beberapa bank tidak ketat membatasi peruntukan kredit apakah hanya untuk usaha atau bisa untuk kegiatan konsumtif. Bila Anda tidak memiliki komitmen kuat dan hitungan jelas tentang penggunaan dana, lebih baik tidak melirik tawaran kredit tersebut. Risiko terlalu besar. Maklum, kebanyakan bunga kredit pensiunan memakai bunga flat. Artinya, bunga utang dihitung berdasarkan nilai total utang, tanpa melihat nilai pokok utang yang telah dibayarkan debitor.

Singkat kata, bunga flat identik dengan harga mahal. Berusaha tetap produktif ketika pensiun adalah hal baik, tapi pastikan caranya tepat agar kocek tetap sehat! (Agung Jatmiko, Ruisa Khoiriyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Elon Musk Sebut AI Bakal Ambil Alih Semua Pekerjaan Manusia

Elon Musk Sebut AI Bakal Ambil Alih Semua Pekerjaan Manusia

Whats New
Tips Bikin CV yang Menarik agar Dilirik HRD

Tips Bikin CV yang Menarik agar Dilirik HRD

Whats New
Ini Jadwal Operasional BCA Selama Cuti Bersama Waisak 2024

Ini Jadwal Operasional BCA Selama Cuti Bersama Waisak 2024

Whats New
Penyaluran Kredit Bank Neo Commerce Turun 13,8 Persen di Kuartal I-2024

Penyaluran Kredit Bank Neo Commerce Turun 13,8 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
5 Saham Ini Cum Date Dividen Pekan Depan, Cek Jadwal Lengkapnya

5 Saham Ini Cum Date Dividen Pekan Depan, Cek Jadwal Lengkapnya

Whats New
Strategi 'Turnaround' Ubah Rugi Jadi Laba Berhasil, Angela Simatupang Kembali Pimpin IIA Indonesia hingga 2027

Strategi "Turnaround" Ubah Rugi Jadi Laba Berhasil, Angela Simatupang Kembali Pimpin IIA Indonesia hingga 2027

Whats New
Harga Emas Terbaru 24 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 24 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 24 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 24 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 24 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Cabai Merah Keriting

Harga Bahan Pokok Jumat 24 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Cabai Merah Keriting

Whats New
Incar Pendanaan 5 Miliar Dollar AS, Saham Alibaba di Hong Kong Anjlok 5 Persen

Incar Pendanaan 5 Miliar Dollar AS, Saham Alibaba di Hong Kong Anjlok 5 Persen

Whats New
Laporan Pendapatan Nvidia Tak Mampu Jadi Katalis, Wall Street Melemah

Laporan Pendapatan Nvidia Tak Mampu Jadi Katalis, Wall Street Melemah

Whats New
Kemenhub Temukan Masih Banyak Bus Pariwisata Tak Laik Jalan

Kemenhub Temukan Masih Banyak Bus Pariwisata Tak Laik Jalan

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS | Kapan Gaji Karyawan BUMN Indofarma Bakal Dibayarkan?

[POPULER MONEY] Indonesia Terus Kurangi Ketergantungan terhadap Dollar AS | Kapan Gaji Karyawan BUMN Indofarma Bakal Dibayarkan?

Whats New
Simak Cara Beli Tiket Kereta Cepat via BRImo dan Livin’ by Mandiri

Simak Cara Beli Tiket Kereta Cepat via BRImo dan Livin’ by Mandiri

Spend Smart
Cara Melihat Saldo ATM BCA, BRI, BNI, dan Mandiri

Cara Melihat Saldo ATM BCA, BRI, BNI, dan Mandiri

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com