Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempat Investasi Terbaik adalah...

Kompas.com - 27/02/2015, 09:00 WIB

                                               Ryan Filbert
                                               @RyanFilbert

KOMPAS.com - Sudah lebih dari lima bulan saya berkontribusi di Kompas.com, dan saya berharap artikel yang saya tulis dapat memberikan manfaat dan nilai positif bagi mereka yang membacanya.

Namun di samping itu, ada satu hal yang sering ditanyakan kepada saya. Sebagai seorang praktisi investasi, mengapa saya justru banyak menulis tentang topik inspirasi kemakmuran? Dan inilah yang akan menjadi jawabannya.

Apakah Anda tahu, bahwa dari semua penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa, 28,28 jutanya hidup dalam taraf kemiskinan? Apakah Anda juga mengetahui bahwa dari 270 juta jiwa penduduk Indonesia, hanya 330 ribu orang yang memahami dunia investasi, tepatnya yang sadar akan uang?

Apa maksudnya? Tanpa Anda sadari, hidup manusia sebenarnya terbagi menjadi tiga kategori: bekerja demi mencukupi hidup hari ini dan cenderung kekurangan, bekerja demi membayar keinginan hidup, dan yang terakhir, bekerja agar hidup dibiayai oleh sesuatu nantinya.

Kategori yang pertama terjadi ketika seseorang mendapatkan uang yang hanya cukup untuk membiayai semua kebutuhan pokoknya. Mereka yang berada di taraf hidup ini akan sangat berjuang ketika terjadi serangan kenaikan harga, atau yang dikenal dengan inflasi. Menyedihkan? Saya tidak akan menjawabnya saat ini.

Kategori kedua adalah orang yang bekerja demi membayar keinginan hidup. Apa pula maksudnya? Perhatikan sekeliling Anda. Pakaian bermerk mahal, handphone atau gadget yang sedemikian mewah, kendaraan yang sama mewahnya, dan banyak hal lain begitu menarik, seolah membuat kita yang tidak menggunakannya tampak tidak mengikuti perkembangan zaman.

Padahal orang yang memiliki semuanya itu mungkin membayarnya dengan utang, sehingga pendapatan yang diterima oleh orang tersebut akan disibukkan untuk membayar utang-utangnya. Apakah menyedihkan?

Mungkin sesaat, Anda dapat menjawab tidak menyedihkan, karena semua yang dipakai membuat orang tersebut tampak kaya. Namun dengan berhentinya seseorang dari pekerjaannya, atau hilangnya pendapatan, menurut saya kategori ini akan menjadi lebih kasihan daripada kategori pertama.

Bagaimana tidak, mereka berdua (golongan pertama dan kedua) sama-sama harus hidup untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun orang-orang di golongan kedua jauh lebih menderita, karena semua gaya hidup yang dimilikinya, mulai dari kendaraan hingga gadget-nya, kini “mengejarnya”. Pada akhirnya, hidupnya akan jauh lebih bermasalah.

Namun, bagaimana dengan kategori ketiga yang rasanya agak janggal? Mencari uang agar pada akhirnya, uang yang akan bekerja untuknya. Bagaimana mungkin? Bagaimana caranya? Inilah yang dikenal sebagai aset. Orang yang berada di kategori ketiga bekerja dengan maksud memiliki aset.

Apa itu aset?

Aset adalah sesuatu yang menghasilkan uang ke kantong Anda. Titik dan tanpa koma. Pemahaman seseorang akan investasi dan aset sering menjadi salah akibat bahasa marketing yang sering kali merusak makna kata-kata itu.

Apakah membeli rumah adalah investasi? Jawabannya, mungkin saja, tapi belum tentu. Bila Anda membeli rumah untuk ditinggali, hal ini adalah bagian dari biaya, mengapa? Karena semua aspeknya membuat Anda harus mengeluarkan uang dari kantong Anda! Contohnya biaya listrik, air, pajak, dan sebagainya.

Namun bila Anda membeli rumah untuk dijadikan sebuah kos-kosan dan semua kamar terisi, itulah aset dan investasi yang sebenarnya, karena Anda menerima uang di kantong Anda. Dan inilah yang dikejar oleh orang-orang di kategori ketiga!

Apakah investasi keuangan membutuhkan biaya yang besar? Jawabannya: Sekarang, mulai dari yang berbiaya kecil hingga tak terhingga, semua kini sudah tersedia! Dan mulai dari artikel ini, saya akan membahasnya secara detail!

Jelas, membeli sebuah rumah untuk dijadikan kos-kosan adalah sebuah investasi yang belum tentu bisa dilakukan oleh semua orang, sebab tidak terbayang berapa banyak angka 0 di harga sebuah rumah kos-kosan. Namun bagaimana dengan investasi lainnya? Anda pernah dengar investasi pasar modal? Saham? Reksa dana? Obligasi?

“Pernah sih… tapi investasi tersebut berbahaya.” Atau mungkin Anda juga mengatakan, “Investasi tersebut sulit dan saya tidak memahaminya.”

Apa yang Anda lakukan bila Anda belum punya uang untuk membeli kos-kosan hari ini? Menunggu hingga akhirnya uang terkumpul? Bagaimana cara mempercepat pengumpulan uang?

Semuanya telah dibahas di artikel saya mengenai inspirasi kemakmuran.

Namun selain mempercepat, sebenarnya ada satu hal lagi yang Anda perlukan, apa itu? Sesuatu yang disebut mempersiapkan diri, dengan cara mempelajari strategi dan ilmunya.

Ilmu dan pengetahuan adalah investasi pertama Anda untuk dapat menjadi sukses dalam investasi lainnya.

Selamat mengikuti artikel-artikel saya setelah ini, mengenai instrumen investasi.
Salam investasi untuk Indonesia.

dok pribadi Ryan Filbert

Ryan Filbert
merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Ryan memulai petualangan dalam investasi dan keuangan semenjak usia 18 tahun. Aneka instrumen dan produk investasi dijalani dan dipraktikkan, mulai dari deposito, obligasi, reksadana, saham, options, ETF, CFD, forex, bisnis, hingga properti. Semenjak 2012, Ryan mulai menuliskan perjalanan dan pengetahuan praktisnya. Buku-buku yang telah ditulis antara lain: Investasi Saham ala Swing Trader Dunia, Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana, Negative Investment: Kiat Menghindari Kejahatan dalam Dunia Investasi, dan Hidden Profit from The Stock Market. Ryan juga baru saja menerbitkan dua seri buku baru yang berjudul Bandarmology dan investasi pada properti Rich Investor from Growing Investment. Setiap bulannya, Ryan Filbert sering mengadakan seminar dan kelas edukasi di berbagai kota di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com