Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Buruk Menjadi Kaya

Kompas.com - 23/05/2015, 17:32 WIB

“Karena banyak orang membayangkan menjadi kaya adalah surga, Anda tidak boleh lagi menjadi umat manusia atau frustrasi di depan umum. Anda tetap umat manusia, namun banyak orang tidak memperlakukan Anda sebagai manusia.”

Sisi buruk lainnya merentang ke parameter baru, dengan teman dan keluarga.

“Sebagian besar orang kini ingin sesuatu dari Anda, dan akan sulit sekali untuk mendapat gambaran apakah seseorang baik kepada Anda karena mereka suka kamu atau baik karena uang Anda,” kata responden yang tidak disebut namanya itu melanjutkan. “Jika Anda belum menikah, semoga beruntung untuk menemukan (dan/atau selalu memiliki keraguan) tentang apakah pasangan Anda melirik Anda atau uang Anda.”

Jelas uang tetap membawa kesenangan atau kebahagiaan. Walau ada sisi buruknya, tetap ada keuntungan dari memiliki uang banyak, kata sebagian besar responden.

“Menjadi kaya lebih baik dibanding tidak kaya, namun tidak sebaik seperti yang Anda bayangkan,“ kata seorang responden yang tidak disebut namanya, yang dilaporkan mendapat 15 juta dollar AS atau sekitar Rp150 miliar setelah menjual sebuah perusahaan teknologi.

“Pertama, salah satu hal yang nyata dari menjadi kaya adalah Anda tidak usah harus terlalu khawatir lagi tentang uang. Ada beberapa pengeluaran yang Anda tetap tidak mampu (dan Anda harapkan mampu), namun sebagian besar pengeluaran bisa dipenuhi tanpa berpikir tentang biayanya. Ini jelas lebih baik, tidak diragukan lagi.”

Christopher Angus, yang mengatakan mendapatkan uang dengan menjual empat perusahaan teknologi kecil mengatakan, “Saya lebih suka punya uang dibanding tidak, setidaknya selama tujuh tahun belakangan sebagai orang yang punya uang saya bisa memiliki kebebasan dan pengalaman yang banyak orang tidak akan melihatnya sepanjang hidupnya."

"Sebagai contoh, dalam satu tahun saya liburan 25 kali dan pada suatu waktu saya menghabiskan 20.000 dollar (sekitar Rp 200 juta) dalam satu malam minggu," kata Angus.

Pengharapan lebih tinggi

Kemakmuran yang bertambah juga menentukan kembali pengharapan.

“Semuanya relatif... Bulan pertama Anda menyetir Audi, atau makan di restoran mewah, dan Anda benar-benar menikmatinya,” tutur seorang responden.

“Namun kemudian Anda menjadi biasa dengan hal itu. Dan Anda mencari hal yang baru, tingkat yang lebih tinggi. Dan persoalannya adalah Anda sudah menentukan kembali pengharapan, jadi semua di bawah tingkat itu tidak memberi kesenangan lagi.”

Angus, yang mengaku memiliki lebih banyak uang dibanding yang dia ingin lakukan sejak berusia pertengahan 20-an, mengatakan kebosanan datang dengan cepat.

“Saya menemukan, punya uang banyak yang mendekati semua objek materi atau lambang status yang bisa dicapai ternyata melepaskan kesenangan dan keinginan untuk hal-hal yang saya inginkan namun saya tidak mampu sebelum saya berhasil. Satu Porsche dan semua hal menjadi tidak pernah cukup, dan selama tiga tahun mendatang saya membeli lima Porsche dan mobil super lainnya,” kata Angus.

“Saya menjadi kecanduan membeli lambang-lambang ini untuk menarik perhatian dan membuat orang ingin menghabiskan waktu dengan saya karena barang yang saya punya dan karena yang bisa saya berikan kepada mereka.”

Perasaan terasing

Seorang lain yang berhasil, dengan kekayaan sekitar 20 juta dollar, mengatakan kekayaan menjadi beban nyata.

“Saya menjadi besar pada pertengahan 30-an,“ kata pengusaha yang tidak menyebutkan namanya. "Saya ingin kaya dan saya mencapainya. Namun saya merasa mungkin tidak ada gunanya. Sebuah jalur lambat ke kemakmuran mungkin lebih sehat untuk karier saya dan untuk kehidupan saya secara umum.”

Kesimpulannya?

“Tidak mungkin melepaskan uang,” seorang pengusaha teknologi menulis. “Menjadi kaya mungkin tidak bernilai. Namun sekali Anda di sana, Anda ingin berada di sana selamanya.”

Versi bahasa Inggris artikel ini bisa dibaca di The Downsides of Being Rich

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com