"BI akan selalu ada di pasar untuk menjaga rupiah dan intervensi selalu siap kami lakukan dari waktu ke waktu dan dapat terlihat dari menurunnya cadangan devisa kita," ujar Agus saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (4/8/2015).
Agus menuturkan rata-rata depresiasi rupiah sejak akhir tahun 2014 hingga saat ini sekitar 8,5 persen (ytd), sedangkan secara bulanan atau month-to-date (mtd) berada di bawah satu persen.
Menurut Agus, rata-rata tersebut relatif lebih baik apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan regional.
"Bandingkan dengan month to date di Singapura dan Malaysia serta negara-negara ASEAN lain yang lebih dari satu persen (mtd)," kata Agus.
Sementara itu, secara year to date, depresiasi mata uang rupiah juga lebih baik dibandingkan negara lain di regional dan dunia yang mencapai di atas 10 persen (ytd) bahkan lebih dari 15 persen (ytd).
Menurut Agus, faktor utama pemicu depresiasi rupiah adalah sentimen global, terutama pernyataan Bank Sentral AS The Federal Reserve soal rencana kenaikan suku bunga AS.
Selain itu, pelemahan rupiah juga turut dipengaruhi oleh persepsi pasar terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat.
"Tetapi, Semester II-2015 kita akan mempunyai pertumbuhan ekonomi di atas lima persen. Kami yakin ini merupakan kondisi yang baik," ujar Agus.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.