Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Ekonomi RI Masih Bisa Tumbuh hingga 5,4 Persen

Kompas.com - 10/08/2015, 14:34 WIB
Yoga Sukmana

Penulis


BALIKPAPAN, KOMPAS.com
- Bank Indonesia (BI) masih meyakini pertumbuhan ekonomi nasional pada semester II-2015 mampu menembus 5 persen. Namun menurut BI, optimisme itu tergantung apakah pemerintah mampu melakukan reformasi struktural atau tidak.

"Kalau seandainya di semester II bisa direalisasikan reformasi struktural termasuk upaya untuk pencairan anggaran yang baik di Pemerintah Daerah maupun pusat, kita membangun optimisme tentang masa depan ekonomi Indonesia yang enggak buruk, itu masih di range 5 sampai 5,4 persen," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo di Balikpapan, Senin (11/7/2015).

Selain itu kata dia, BI juga akan melakukan rapat koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah yang yang rencananya akan dilakukan pada Selasa (12/8/2015). Dalam rakor tersebut, Agus menanti kebijakan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya perekonomian semester II-2015.

"Bank Indonesia juga akan menjelaskan kebijakan kita agar bisa berkoordinasi. Kita melihat di semester II kunci pertumbuhan ekonomi yang lelbih baik adalah goverment spending, pengeluaran pemerintah baik pusat dan daerah akan lebih dikeluarkan khususnya infrastruktur dan juga kita lihat investasi, hal ini akan membantu," kata dia.

Sementara itu, Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan bahwa pelemahan perekonomian saat ini lebih disebabkan karena faktor eksternal yaitu anjloknya harga komoditas ekspor misalnya batubara dan CPO, serta dampak rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Pertama, anjloknya harga komoditas ekspor Indonesia disebabkan pelemahan perekonomian Tiongkok dan berkurangnya permintaan ekspor CPO oleh India. Negeri tirai bambu merupakan negara pengimpor batubara Indonesia. Sedangkan India merupakan negara pengimpor terbesar CPO Indonesia.

Sementara itu, faktor lainnya yang membuat ekonomi Indonesia melemah menurut BI yaitu dampak rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Fed. Rencana itu menurut Mirza membuat nilai tukar dollar menguat terhadap berbagai mata uang lain di dunia, termasuk rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com