Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Kompas.com - 26/04/2024, 11:00 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - China berencana mengembangkan sawah padi yang akan ditanam di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagai salah satu bagian kerja sama dengan pemerintah Indonesia.

Kesepakatan tersebut merupakan salah satu hasil Pertemuan Ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI–RRT di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan pihaknya siap menjadi offtaker alias pembeli komoditas beras yang dikembangkan China di Pulau Borneo tersebut.

"Bulog siap kalau diminta untuk menjadi offtaker-nya, sama sekali enggak ada masalah, kita punya kemampuan untuk itu," kata Bayu dikutip pada Jumat (26/4/2024).

Kendati demikian, pihaknya masih menunggu arahan dari pemerintah sebagai pemegang saham, terutama terkait aturan teknisnya.

Baca juga: Luhut Ungkap China Mau Kembangkan Sawah Padi di Kalteng

"Jadi kita tunggu bagaimana teknisnya nanti tapi kalau posisinya Bulog untuk menjadi pembeli, kita siap," beber Bayu.

Diungkapkan Luhut

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa China bersedia untuk mengembangkan pertanian di Kalimantan Tengah dengan memberikan teknologi padinya, dan akan memulai proyek ini pada Oktober 2024.

“Kita (Indonesia) minta mereka (China) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sangat sukses menjadi swasembada. Mereka bersedia,” ujar Luhut dikutip dari Antara.

Luhut mengatakan bahwa langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah mencari mitra lokal untuk bekerja sama dalam mengembangkan pertanian di Indonesia.

Baca juga: Soal Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Dukungan Pemerintah

“Kita tinggal mencari mitra lokal untuk membuatnya di Kalteng, karena tanahnya itu dari zaman dulu sudah ada sampai 1 juta hektare,” ucap dia.

Akan tetapi, tutur Luhut melanjutkan, pengelolaan lahan tersebut akan dilakukan secara bertahap. Misalkan, dari 100 ribu hektare, naik ke 200 ribu hektare, dan selanjutnya.

Adapun lembaga yang ditunjuk untuk mengumpulkan hasil produksi tersebut adalah Perum Bulog.

“Kita berharap 6 bulan dari sekarang mungkin kita sudah mulai dengan proyek ini,” kata Luhut.

Ia berambisi untuk merangkul anak-anak muda Indonesia yang bergelut di bidang pertanian untuk turut bergabung dalam pengembangan proyek ini.

Baca juga: Sambil Makan Durian, Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat

Menurut Luhut, proyek ini penting karena padi merupakan permasalahan serius bagi Indonesia.

“Selalu masalah kita adalah padi. Beras selalu kita impor, 2 juta lah, 1,5 juta lah. Jadi, kalau program ini jalan, dan menurut saya harus jalan, kita sebenarnya minta 4–5 ton saja,” ucap dia.

Luhut menegaskan bahwa realisasi investasi terkait agrikultur demi mewujudkan ketahanan pangan cukup mendesak untuk dilakukan.

Oleh karena itu, Luhut gencar mendorong kolaborasi dalam adopsi modelling China dalam bidang riset dan teknologi pertanian, serta penguatan kualitas produk pertanian, terutama untuk padi.

“Kita menjadi lumbung pangan nanti ke depannya. Harusnya demikian,” kata Luhut.

Baca juga: Luhut Ungkap Tugas dari Jokowi Jadi Koordinator Investasi Apple di IKN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com