"Ya kan salah satu efek devaluasi yuan kemarin, akibat Yuan-nya melemah kan ke dollar AS, makanya Indonesia terikut. Bukan hanya Indonesia tetapi negara asia lain juga," kata Kalla di Jakarta, Rabu (11/8/2015).
Wapres juga menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah bukan sekadar dipengaruhi kinerja pemerintah dalam membangun perekonomian nasional. Ada faktor eksternal yang berkorelasi dengan faktor internal.
"Artinya kan Indonesia berhubungan, tentu banyak juga yang menilai apa yang kita buat, tetapi selalu ada korelasi internal dan eksternal," sambung Kalla.
Mengenai pengaruh perombakan kabinet (reshuffle) terhadap melemahnya nilai tukar rupiah, Kalla menepis anggapan tersebut.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS makin terpuruk pasca devaluasi yuan. Pada awal perdagangan di pasar spot pagi ini, rupiah langsung tenggelam menembus level 13.800 dibanding penutupan kemarin pada 13.607,4.
Data Bloomberg pukul 08.45 WIB menunjukkan, mata uang Garuda terpuruk ke posisi Rp 13.810 per dollar AS, posisi terendah sejak masa krisis tahun 1998. Tercatat pada tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp 16.650 per dollar AS. Langkah People's Bank of China mendevaluasi nilai tukar yuan berpotensi mempersulit posisi rupiah dalam jangka menengah. Menyusul devaluasi yuan, hampir seluruh mata uang di Asia-Pasifik melemah cukup tajam bersamaan dengan anjloknya harga komoditas.
PBoC pada Selasa (11/8/2015) memutuskan untuk mendevaluasi yuan yang diperkirakan dilakukan untuk mendongkrak tingkat kompetisi barang ekspor Tiongkok yang terus tergerus. Selain akibat kenaikan produktivitas dan gaji buruh, juga akibat pelemahan “sengaja” mata uang negara kompetitor (seperti Korea dan Jepang).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.