Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Sebelas Catatan Gerindra untuk RAPBN 2016

Kompas.com - 20/08/2015, 11:53 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Rapat paripurna DPR RI, Kamis (20/8/2015) beragendakan pembacaan pandangan fraksi atas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 dan nota keuangan. Fraksi Partai Gerindra mendapatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan pandangan fraksi.

Pandangan Fraksi Gerindra tersebut disampaikan Rachel Maryam Sayidina. Ada sebelas catatan pandangan dari Fraksi Gerindra untuk RAPBN 2016 dan nota keuangan.

(baca: Ini Asumsi Makro RAPBN 2016)

Berikut kesebelas catatan tersebut.
Pertama, Fraksi Gerindra berpandangan belum ada perubahan fundamental RAPBN 2016 dibandingkan dengan APBNP 2015. “Selama postur APBN, 60 persennya hanya untuk anggaran rutin, maka sulit mewujudkan keadilan ekonomi. Fraksi Gerindra menilai penting melakukan perubahan postur anggaran,” kata Rachel membacakan pandangan Fraksi Gerindra.

Kedua, pertumbuhan ekonomi 5,5 persen dinilai mencerminkan minimnya upaya pemerintah. Menurut pandangan Fraksi Gerinda, sebagaimana dibacakan Rachel, pertumbuhan ekonomi 5,5 persen bisa dicapai hanya dari upaya masyarakat tanpa dorongan pemerintah.

“Ini tidak mencerminkan semangat ‘Kerja, Kerja, Kerja’ yang dijanjikan pemerintah,” sambung Rachel disambut tepuk tangan.

Ketiga, inflasi yang dipatok 4,7 persen dinilai hanya menunjukkan angka agregat namun belum menunjukkan dampak inflasi yang dirasakan masyarakat.

Keempat, asumsi nilai tukar Rp 13.400 per dollar AS harus dijelaskan oleh pemerintah apakah akan berpengaruh positif atau negatif terhadap perekonomian.

Kelima, suku bunga SPN 3 bulan yang dipatok 5,5 persen lebih rendah dari suku bunga acuan Bank Indonesia yang sebesar 7,5 persen dinilai terasa janggal. “Dalam sejarahnya SPBN selalu di atas suku bunga acuan BI,” lanjut Rachel.

Keenam, target lifting minyak yang sebesar 830.000 barel per hari dinilai tidak menunjukkan adanya peningkatan dari tahun sebelumnya.  Fraksi Gerindra berpandangan target ini tidak menunjukkan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi dan mengurangi ketergantungan impor.

“Ketujuh, target pajak tidak masuk akal. Rp 1.565 triliun terlalu tinggi dan rasanya tidak mungkin dapat dicapai, mengacu capaian pajak sebelumnya,” kata Rachel.

Kedelapan, Rachel mengatakan, Fraksi Gerindra memberikan apresiasi terhadap alokasi infrastruktur yang sebesar RP 313,5 triliun, lebih tinggi dari APBNP 2015. Namun masalahnya, lanjut dia, bagaimana pemerintah bisa merealisasikan target tersebut sementara realisasi penyerapan anggaran belanja saat ini saja baru mencapai 26 persen. “Dan saat ini sudah bulan Agustus. Kami mengharapkan pemerintah bekerja lebih keras,” ujar Rachel.

Kesembilan, Fraksi Gerindra mengapresiasi kenaikan dana transfer ke daerah dan dana desa. Namun disayangkan, kenaikan Rp 117 triliun tersebut lebih banyak dalam bentuk Dana Alokasi Khusus (DAK). Di sisi lain, Fraksi Gerindra juga melihat belum adanya kesiapan dari pemerintah daerah.

Kesepuluh, Fraksi Gerindra meminta pemerintah mengoreksi ulang kebijakan subsidi, sehingga kewenangan yang dimiliki yakni bumi, air, dan yang terkandung di dalamnya bisa betul-betul untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.

Terakhir, pemerintah harus memperhatikan utang luar negeri (ULN). Menurut Fraksi Gerindra, ULN bagaikan ancaman bom waktu. “Utang seyogyanya tidak hanya dilihat dari rasio terhadap PDB. Utang dalam tingkat bunga komersil, utang dalam mata uang asing, merupakan ancaman bom waktu. Utang luar negeri akan menggelembung ketika rupiah tersungkur,” ucap Rachel.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com