Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawasan Industri Mulai Memikat Investor

Kompas.com - 21/10/2015, 13:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perekonomian yang mulai membaik membuat investor dari dalam negeri dan luar negeri mulai melirik kawasan industri di Indonesia untuk melakukan pengembangan.

Para pengembang (developer) yang bermain bisnis kawasan industri tengah berkomunikasi dengan para investor yang ingin investasi di Tanah Air.

Suteja Sidarta Darmono, Direktur PT Jababeka Tbk, mengaku, ada beberapa calon investor yang berminat untuk membeli lahan industri di Cikarang Jawa Barat. Investor ini memiliki bidang usaha di elektronik dan teknik.

“Para investor mulai bergerak untuk melakukan transaksi,” katanya, kepada Kontan, Selasa (20/10/2015).

Saat ini, perusahaan berkode saham KIJA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memiliki cadangan lahan atau land bank sekitar 1.000 hektar (ha) dari total lahan yang sudah berkembang sebesar 4.500 ha.

Ke depan, perusahaan masih berencana untuk mengakuisisi lahan namun dengan pertimbangan kondisi ekonomi.

Suteja menambahkan, perusahaan masih akan mencatat kinerja yang konservatif pada kuartal IV/2015 karena pertumbuhan ekonomi masih stagnan.

Sepanjang semester I/2015, pendapatan Jababeka tumbuh 2,78 persen menjadi sekitar Rp 1,48 triliun. Namun laba bersih periode berjalan perusahaan turun 40,58 persen dari Rp 419,52 miliar per semester I/2014 menjadi Rp 249,29 miliar per semester I/2015.

Sependapat, Asa Siahaan, Hubungan Investor PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk mengaku, permintaan kawasan industri mulai membaik namun belum ada realisasi transaksi pembelian lahan industri.

“Perusahaan sektor otomotif serta makanan dan minuman (consumer goods) banyak yang berminat membeli lahan,” ucapnya.

Perusahaan berkode saham BEST di BEI ini menargetkan penjualan lahan mencapai 15-20 ha pada akhir tahun 2015 dari realisasi penyerapan penjualan lahan sebesar 8 ha per kuartal III/2015. Nah, penjualan yang akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan perusahaan.

“Kami menargetkan pendapatan sebesar Rp 700 miliar-Rp 800 miliar pada akhir tahun 2015,” jelasnya.

Saat ini, Bekasi Fajar Industrial Estate ini memiliki land bank mencapai 970 ha per kuartal III/2015 dari proses lahan yang sudah memperoleh izin pengembangan sebesar 2.300 ha.

Ke depan, perusahaan belum ada rencana mengakuisisi lahan karena akan mengembangkan lahan yang sudah ada.

Menurut dia, sejumlah paket kebijakan pemerintah seperti penurunan Tarif Dasar Listrik (TDL) dan tarif gas, serta kepastian Upah Minimum Provinsi (UMP) akan memberikan dorongan investor untuk berinvestasi di Tanah Air karena sudah ada kepastian.

PT Cushman & Wakefield Indonesia melaporkan, tingkat permintaan bersih pada kawasan industri tercatat naik 61 persen menjadi 87 ha per kuartal III/2015 dibandingkan 54 ha di kuartal III/2014. Sedangkan tingkat penjualan tercatat turun 10,5 persen menjadi 67,7 persen per kuartal III/2015 dibandingkan pertumbuhan 78,2 persen per kuartal III/2014.

Arief Rahardjo, Director Research and Advisory PT Cushman & Wakefield Indonesia pada laporan keuangan kuartal III/2015 memaparkan, jumlah permintaan hanya berasal dari satu kawasan industri yakni Bekasi dan Karawang. Sementara kawasan industri lainnya seperti di Jakarta, Tangerang dan Bogor hampir tidak memiliki permintaan.

Dari laporan Cushman & Wakefield Indonesia yang diterima Kontan pekan lalu tercatat misalnya, jumlah permintaan kawasan industri di Bekasi mencapai 61,3 ha per kuartal III/2015, serta permintaan kawasan industri di Karawang dan Purwakarta sebesar 3,3 ha per kuartal III/2015.

Kawasan industri lain yang mencatat permintaan besar adalah Serang dengan laporan permintaan mencapai 22,4 ha per kuartal III/2015.

Arief melaporkan, tanpa pergerakan permintaan maka pasar kawasan industri akan lemah hingga kuartal akhir ini.

Ke depan, permintaan kawasan industri akan membaik pada tahun depan dengan kondisi harga tanah tetap stabil dan pergerakan harga akan tergantung pada fluktuasi nilai tukar (kurs) mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Fluktuasi nilai tukar dollar Amerika terhadap Rupiah masih merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan harga tanah kawasan industri.

Proyeksinya, harga jual tanah siap bangun dalam dollar Amerika stabil di kisaran 176 dollar AS per meter persegi (m2). Sedangkan, dalam mata uang rupiah, harga jual diperkirakan tumbuh sekitar 10 persen menjadi Rp 2,58 juta per m2. (Nina Dwiantika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com