Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Laut China Selatan Dibicarakan di Luar Agenda Formal KTT APEC

Kompas.com - 19/11/2015, 12:05 WIB
Andy Riza Hidayat

Penulis

MANILA, KOMPAS.com – Sejauh ini, belum ada agenda pembicaraan resmi tentang konflik Laut China Selatan di pertemuan pemimpin ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Manila, Filipina.

Namun persoalan itu ramai dibicarakan sejumlah media massa baik media lokal maupun media luar negeri.

Hal ini tidak lepas hasil dari pembicaraan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Presiden Filipina Benigno Aquino III di sela-sela penyelenggaraan APEC. 

Hari ini, Kamis (19/11/2015), para pemimpin ekonomi Asia Pasifik kembali menggelar rangkaian pertemuan puncak yang terbagi dalam dua sesi.

Dari semua agenda yang disiapkan panitia, tidak ada materi tentang keamanan kawasan yang menjadi bahasan pembicaraan. Semua topik yang disiapkan terkait masalah ekonomi.

Sesi pertama, pertemuan puncak hari ini mengambil tema "Inclusive Growth through Integrated Economies" dan tema berikutnya tentang "Sustainable and Resilient Comunities".

Sementara sebagian analis berpendapat persoalan ekonomi tentu terkait erat dengan persoalan keamanan di kawasan.

Harian berbahasa Inggris The Philipine Star memberitakan tentang pernyataan Obama yang akan menambah kekuatan kapal perang untuk Filipina.

Pengerahan kapal itu akan memperkuat kekuatan yang sudah ada mengamankan kawasan.

Ulasan tersebut ditempatkan di halaman depan The Philipine Star dalam dua hari berturut-turut.

Sementara The New York Times mengulas pertemuan itu dalam judul "Obama Calls on Beijing to Stop Construction in South China Sea".

Media berbasis di Amerika Serikat ini menjelaskan pemerintah AS meminta China untuk menghentikan aktivitas militer di kawasan Laut China Selatan.

AS juga mengalokasikan dana bantuan untuk sekutu-sekutunya di Asia Tenggara sebesar 250 juta dolar AS menghadapi persoalan itu.

The New York Times melengkapi ulasan itu dengan menampilkan grafik interaktif di lamannya.

Grafik itu memuat gambar aktivitas pembuatan pulau buatan di Laut China Selatan dalam periode Agustus 2014 hingga September 2015.

Mengomentasi hal itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat harus ada kekuatan yang berimbang di Laut China Selatan sehingga tidak ada pihak yang merasa lebih berkuasa pada kawasan yang sedang bersengketa.

Bantuan AS kepada sejumlah negara untuk patroli keamanan dinilainya sebagai hal yang positif.

"Bantuan AS untuk melengkapi patroli di kawasan (Laut China Selatan) itu hal yang bagus. Salah satu tujuannya untuk mengimbangi kekuatan Tiongkok di sana. Bagi kami, dengan keseimbangan kekuatan lebih bagus," kata Kalla di Manila.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com