Data Bloomberg menunjukkan, pukul 08.30 WIB, mata uang garuda berada di posisi Rp 13.839 per dollar AS, lebih rendah dibandingkan sebelumnya pada 13.801.
Pada akhir pekan lalu rupiah di pasar spot, melemah 0,43 persen dibanding sehari sebelumnya di level Rp 13.801. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia rupiah turun 0,1 persen dari sehari sebelumnya di Rp 13.747 per dollar AS.
Rully Arya Wisnubroto, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menyatakan, pelemahan rupiah sejalan dengan prediksinya.
“Semakin dekat bulan Desember, maka rupiah akan semakin melemah,” paparnya seperti dikutip Kontan.
Sebelumnya rupiah sempat menguat di hadapan dollar AS sekitar bulan Septemebr hingga Oktober 2015. Menguatnya rupiah didukung oleh data ekonomi AS yang terlihat negatif termasuk data tenaga kerja yang menjadi salah satu pertimbangan The Fed menaikkan suku bunga.
Kini rupiah kembali tertekan setelah prospek kenaikan suku bunga The Fed bulan Desember semakin jelas. Apalagi, data-data ekonomi AS pun mulai membaik, salah satunya pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 sebesar 2,1 persen.
Rully berharap pelemahan rupiah tidak terlalu tajam. Data inflasi bulan November yang diprediksi membaik dapat menjadi penopang rupiah sementara sebelum rapat The Fed. Data lain dari dalam negeri yakni neraca perdangan baru akan dirilis pada pertengahan bulan Desember.
Rully memperkirakan rupiah pada hari ini akan kembali melemah.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.