Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memanen Omzet Rp 10 Juta Per Bulan dari Avokad Cipedak

Kompas.com - 06/12/2015, 16:47 WIB
KOMPAS.com - Avokad merupakan buah yang sangat populer di Indonesia. Salah satu varietas buah avokad yang belakangan ini mulai popular dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah avokad Cipedak.

Dari budidaya tanaman avokad Cipedak, seorang pembudidaya bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta per bulan.

Avokad merupakan buah yang sangat populer di Indonesia. Selain rasanya enak, buah avokad juga kaya akan kandungan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Avokad yang sudah masak di pohon biasa dijadikan minuman jus atau dimakan begitu saja bersama gula dan susu.

Buah yang memiliki nama latin Persea americana ini, berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah. Lazimnya, tanaman avokad tumbuh hingga mencapai mencapai 20 meter. Tanaman ini memiliki daun dengan panjang 12 sentimeter (cm) hingga 25 cm. Selain itu, memiliki bunga tersembunyi yang berwarna hijau kekuningan dengan ukuran 5 milimeter (mm)–10 mm.

Salah satu varietas avokad yang belakangan ini mulai popular dibudidayakan masyarakat Indonesia adalah avokad cipedak. Penyebutan varietas avokad ini diambil dari nama sebuah kelurahan di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, yakni Cipedak. Tapi, pembudidaya avokad ini telah menyebar ke berbagai penjuru tanah air.

Salah satunya Syamsudin Slamet. Ia telah membudidayakan avokad cipedak sejak tahun 2010 di lahan 100 meter persegi di Depok, Jawa Barat. Dia bilang, banyak keunggulan menanam avokad cipedak. Tanaman ini bisa dibudidayakan di pekarangan rumah. Selain di media tanah, bibit avokad ini juga bisa tumbuh di polibag.

Keunggulan lain varietas avokad cipedak adalah masa berbuahnya yang produktif. Menurut Syamsudin, ia biasa menjual bibit avokad cipedak ketika usia tanamnya 2 bulan–3 bulan. Sekali panen, ia mampu menghasilkan 500 batang bibit avokad cipedak.

Selain itu, avokad cipedak memiliki tekstur daging yang legit dan manis. “Kulitnya juga tipis, sehingga avokad ini bisa dikupas layaknya buah pisang,” katanya. Ia menjual bibit avokad cipedak berkisar Rp 25.000-Rp 100.000 per pohon. Dalam sebulan, bisa terjual 60 bibit dengan omzet Rp 5 juta.

Pembudidaya avokad cipedak lainnya adalah Faisal Hermawan di Magelang, Jawa Tengah. Faisal sudah menanam avokad cipedak sejak dua tahun lalu di lahan budidayanya seluas 2.000 meter persegi. Di lahan itu, Faisal menanam lebih dari 50 pohon avokad cipedak, avokad Hawai dan aneka tanaman buah lainnya.

Menurut Faisal, ketertarikan membudidayakan avokad cipedak lantaran produktivitas panen buah ini tergolong cepat. Pada usia tanaman baru dua tahun, buah avokad cipedak sudah bisa dipanen. Panen terjadi dua kali dalam setahun.

Sekali panen, Faisal bisa memetik 300 kg avokad. Saat dipanen, avokad cipedak memiliki bobot rata-rata 400–500 gram per buah. Faisal menjual avokad cipedak Rp 25.000 per kg. Dari penjualan itu, ia bisa mengantongi omzet Rp 10 juta per bulan.

Budidaya

Membudidayakan avokad cipedak tergolong tidak sulit. Tanaman ini dapat dikembangkan di pekarangan rumah.  Pada umumnya, tanaman avokad dapat tumbuh di dataran rendah dengan ketinggian 52 meter dari permukaan laut.

Perawatan tanaman avokad cipedak juga mudah. Pembudidaya hanya harus rutin memberikan pupuk dan air secukupnya ke bibit tanaman.

Syamsudin Slamet, pembudidaya avokad cipedak asal Depok, Jawa Barat bilang, ada dua teknik budidaya avokad cipedak. Pertama, menggunakan sistem sambung pucuk. Kedua, sistem tanam biji.

Dari dua teknik ini, Syamsudin lebih memilih menggunakan metode tanam sambung pucuk atau stek. Alasannya, dengan metode stek, bibit avokad cipedak yang ditanam dapat mengikuti sifat induk dan efektif memperbanyak varietas.

Adapun, proses perkembangbiakan melalui sambung pucuk, diawali dengan menyiapkan indukan bibit yang telah berusia satu hingga dua bulan. Pada usia ini, batang indukan akan terlihat sebesar jari kelingking. Butuh waktu hingga tiga minggu lamanya agar proses stek dapat berjalan dengan sempurna.

Syamsudin bilang, baiknya pucuk dipotong agak serong agar memudahkan proses penyambungan. Proses selanjutnya adalah mengikat kedua batang tersebut dengan plastik secara merata.

Terakhir, tutup pucuk tanaman dengan plastik untuk mengurangi penguapan kambium dan sinar ultraviolet. Plastik pembungkus ini dapat dibuka setelah tiga minggu agar sambungan benar-benar menyatu dan dan tumbuh dengan baik.

Untuk jenis tanah, sebaiknya pilih media berpasir, liat dan agak lempung. Tak kalah penting, tanah tersebut harus kaya akan unsur hara serta gembur. Selain itu, perhatikan juga saluran drainase yang baik agar akar alpukat tidak basah dan terlalu lembab.

Faisal Gunawan, petani avokad cipedak asal Sleman, Jawa Tengah, menambahkan, tanaman avokad cipedak toleran terhadap hama dan penyakit. Karena itu, ia tidak banyak melakukan perawatan terhadap pohon buah ini.

Faisal biasa membudiayakan avokad cipedak saat musim kemarau, yaitu pada bulan Juli atau Agustus. Jadi, bibit bisa ditanam pada awal atau saat musim hujan. Lahan  harus bersih dari tanaman liar, semak belukar, serta bebatuan yang mengganggu.

Perawatan bibit avokad cipedak tergolong sederhana. Tanaman cukup diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar agar tanah jadi gembur. Pupuk bisa berupa dedaunan atau kompos agar pertumbuhannya cepat. Jadi, pohon avokad cipedak juga bisa cepat berbuah.

Faisal bilang, pada usia dua tahun, tanaman avokad cipedak sudah mampu berbuah. Biasanya, tinggi pohon bisa 3 meter-8 meter. Di sepanjang tahun, pohon avokad cipedak akan selalu berbuah, terutama pada November dan Desember saat musim penghujan. (Merlina M. Barbara, Rani Nossar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com