Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Pangkas "Outlook" Harga 80 Persen Komoditas Dunia

Kompas.com - 27/01/2016, 10:12 WIB
WASHINGTON, KOMPAS.com - Bank Dunia memangkas prediksi harga 80 persen komoditas utama dunia. Langkah ini dilakukan seiring melimpahnya stok komoditas dan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi emerging market sehingga menggerus tingkat permintaan.

Dalam laporan terkini yang dirilis Selasa (26/1/2015) waktu setempat, Bank Dunia menurunkan prediksi harga minyak dunia menjadi 37 dollar AS per barrel untuk tahun ini. Sebelumnya, pada laporan Oktober, Bank Dunia memprediksi harga minyak akan berada di posisi 51 dollar AS per barrel.

Adapun alasan Bank Dunia adalah rencana ekspor minyak yang akan dilakukan Iran serta tingginya produksi minyak di Amerika Serikat.

Sekadar informasi, Bank Dunia mencatat, harga minyak dunia sudah merosot 47 persen di 2015 dan diramal masih akan terus tertekan dengan tingkat rata-rata penurunan sebesar 27 persen di 2016.

Kendati begitu, Bank Dunia juga mengantisipasi adanya pemulihan bertahap pada harga minyak di sepanjang tahun ini. Menurut Bank Dunia, penurunan tajam harga minyak pada akhir 2015 dan awal 2016 tidak sepenuhnya didorong oleh faktor fundamental yakni suplai dan permintaan minyak.

"Tingginya biaya produksi akan terus menyebabkan kerugian dan bisa membuat produksi minyak dipangkas. Kondisi ini akan mengurangi kapasitas minyak yang membanjiri pasar. Permintaan minyak juga diramal akan menguat jika terjado pertumbuhan moderat pada ekonomi global," jelas Bank Dunia.

Harga minyak sempat melorot ke posisi 28 dollar AS pada bulan ini, posisi terendahnya sejak 2003 silam. Salah satu penyebab tertekannya minyak dipicu oleh ekspektasi bahwa pasar minyak akan dibanjiri oleh suplai baru dari Iran setelah sanksi internasional atas Teheran dicabut.

Harga komoditas lain juga tertekan

Selain minyak, seluruh komoditas utama lainnya juga diprediksi akan turun di 2016 seiring membludaknya suplai dan rendahnya permintaan dari emerging market.

Secara keseluruhan, harga 37 dari 46 komoditas yang dimonitor Bank Dunia direvisi lebih rendah pada tahun ini.

Bank Dunia menguraikan, sejak tahun 2000, pertumbuhan permintaan komoditas lebih didominasi dari negara-negara emerging. Sehingga, prospek melambatnya ekonomi emerging secara langsung memukul outlook harga komoditas.

"Rendahnya harga komoditas layaknya pedang bermata dua, di mana konsumen di negara impor akan diuntungkan sementara produsen di negara ekspor akan menderita," papar Ayhan Kose, director World Bank's Development Prospects Group.

Selain itu, Bank Dunia juga memprediksi, harga komoditas non-energi akan turun 3,7 persen pada 2016. Sedangkan harga logam akan turun 10 persen setelah jatuh sebesar 21 persen di 2015.

Kecemasan akan El Nino di sejumlah kawasan juga akan menggencet pasar komoditas global. Bank Dunia meramal, harga komoditas agrikultur akan turun 1,4 persen. (Barratut Taqiyyah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Perdagangan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com