Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amin, Nelayan "Sinting" Tagih Janji Menteri Susi…

Kompas.com - 16/03/2016, 21:00 WIB
M Latief

Penulis

Lebih hemat

Enam tahun bukan waktu yang pendek bagi Amin. Semua usaha sudah dia kerahkan. Biaya pun habis-habisan dia keluarkan. Ruko tiga lantai serta dua mobil pribadinya sudah berpindah tangan untuk membiayai proyek “sinting” yang dinamai Amin Ben Gas itu.

"Ibarat bertinju, ini sudah ronde-ronde terakhir, tinggal tunggu meng-KO atau di-KO lawan. Saya sudah tak punya apa-apa lagi," ucapnya.

Pekan lalu, 10 Maret 2016, konverter yang ia namai dengan ‘Amin Ben Gas’ itu meraih sertifikat tingkat komponen dalam negeri sebesar 82,64 persen dari Kementerian Perindustrian.

Dia juga mendapatkan Sertifikat Kesesuaian SNI EN 12806:2015 dari Balai Sertifikasi PPMB Kementerian Perdagangan. Sebelumnya, pada 15 Maret 2013, dia juga sudah mematenkan konverternya itu dengan di Kementerian Hukum dan HAM.

Saat ini, konverter kit tersebut sudah bisa digunakan pada perahu nelayan bermesin satu silinder (5.5 – 14 HP) atau perahu dua silinder.

Bahkan, menurut Amin, selain untuk perahu alat tersebut juga bisa dimanfaatkan pada pembangkit listrik mikro penerangan, pompa air peternakan dan perikanan, atau mesin-mesin produksi pertanian atau peternakan di pedesaan.

"Satu liter bensin atau BBM itu setara dengan 2,4 ons gas untuk menjalankan mesin perahu nelayan selama satu jam. Biaya yang diperlukan membeli bahan bakar gas untuk menggerakkan motor selama satu jam itu lebih murah 5,11 kali lipat dibandingkan BBM," ujar Amin.

"Dari uji coba kami, tenaga maksimum yang dihasilkan kalau pakai BBM dalam percobaan satu jam rata-rata hanya 0,966 kali tenaga yang dihasilkan dari BBG ini. Jauh sekali perbandingannya," tambahnya.

Menagih janji

Dalam perjalanan enam tahun menunggu "resminya" nama Amin Ben Gas itu, Amin melanglang buana. Pada November 2015 dia pergi ke Manado, Sulawesi Utara, dan melihat langsung 120 nelayan menikmati hematnya bahan bakar ketika menggunakan konverter kit buatannya.

Setelah Manado, Amin melanglang buana ke Aceh dan menghibahkan 10 konverter kit bikinannya itu kepada nelayan di sana. Dia menyerahkan hibah tersebut pada puncak Hari Nusantara 2015 di Banda Aceh, 13 Desember 2015.

Atas karyanya itu Amin menerima penghargaan “Inovator Teknologi Bidang Kelautan”. Penghargaan diserahkan langsung oleh Menteri Riset dan Tekonologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir disaksikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Tak tanggung-tanggung, Amin menyingkirkan 25 kontestan. Proyek "sinting" itu bahkan mengalahkan produk buatan BUMN, yaitu PT PAL, dan IPB yang masing-masing juara dua dan ketiga.

"Saya ini nelayan dan dari keluarga nelayan sehingga tahu kesusahan mereka seperti apa. Hibah itu sekaligus tes lapangan. Saya tak perlu laboratorium, cukup nelayan saja yang menjadi asisten-asisten proyek saya," ujarnya sembari terbahak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com