Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Murniati Mukhlisin
Praktisi Ekonomi Syariah

Pakar Ekonomi dan Bisnis Digital Syariah/Pendiri Sakinah Finance dan Sobat Syariah/Dosen Institut Tazkia

Mana yang Halal dan Mana yang Thayib?

Kompas.com - 01/04/2016, 19:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Saat ini edukasi tentang makanan halal makin gencar diadakan. Media sosial pun tidak ketinggalan. Ada satu situs Must Be Halal yang saat ini mempunyai 20 ribuan anggota, aktif membahas kehalalan produk di tanah air.

Beberapa narasumber lepas di media ini berlatarbelakang sebagai anggota dan auditor Lembaga Pengajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM), Majlis Ulama Indonesia. Konten dari LPPOM memang sangat diperlukan mengingat tugas dari LPPOM itu sendiri adalah mengkaji dan mengawasi makanan, minuman dan obat–obatan termasuk kosmetika yang beredar di Indonesia, apakah telah memenuhi syarat halal atau tidak.

Seperti yang telah dibahas di kolom Sakinah Finance pekan lalu sebelumnya yaitu Makanan dan Keuangan Keluarga, ada pesan khusus di ujung artikel itu, ternyata halal saja tidak cukup, thayib juga perlu diperhatikan. Kita lihat apa itu thayib (baik) hari ini.

Definisi halal dan thayib

Dalam Surah Al-Baqarah (2): 168 dan Al-Maidah (5): 88 disebutkan dua kata 'halal' dan 'thayib'. Di surah Al-Baqarah, makna ayat adalah dianjurkan bagi manusia untuk memakan apa–apa saja di muka bumi ini sepanjang halal dan thayib.

Sedangkan di surah Al-Maidah, ayat tersebut melarang manusia yang beriman untuk tidak terlalu membatasi dirinya dengan kehidupan di dunia. Manusia tetap dianjurkan untuk menikmati kehidupan layak yang dicontohkan Rasulullah SAW (menjadi sunah) salah satunya adalah makan apa saja sepanjang halal dan thayib.

Ayat-ayat yang berkenaan dengan halal yaitu thayib tersebut ditafsirkan sebagai sehat, bergizi, bermanfaat untuk fisik dan akal manusia (Tafsir Ibnu Katsir).

Contoh halal dan thayib

Dari segi makanan, makanan halal adalah semuanya kecuali yang dilarang yang dinyatakan di Al-Qur’an dan hadits. Contohnya adalah bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah (QS Al-Baqarah (2):173; QS Al-Maidah (5):3).

Minuman keras (alkhomru) secara tegas juga dilarang (QS Al-Maidah (5):90), dan segala makanan yang buruk (QS Al-Araf (7):157) termasuk al-khabaaits atau sesuatu yang menjijikan, berbahaya dan haram. Begitu juga hewan yang berkuku tajam dan bertaring (HR Muslim No. 1933), serta pemakan kotoran (jalallah) (HR Abu Daud No. 3785; Tirmidzi No.1823; dan Ibnu Majah: 3189).

Selanjutnya hidup dari rezeki yang thayib disebutkan di QS Al-Baqarah (2):172 menjadi anjuran bagi orang yang beriman. Sedangkan contoh-contoh makanan yang thayib atau bernutrisi tinggi dan memberikan dampak kesehatan banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an seperti hewan ternak beserta susunya, ikan segar, jagung, zaitun, kurma, anggur, madu, dan tumbuh–tumbuhan lainnya, termasuk jintan hitam yang disebutkan dalam sebuah hadits.

Walaupun umat Islam diperintahkan untuk memakan dari rezeki yang halal dan thayib, tetap saja harus seimbang (hadits tentang cara makan Rasulullah SAW) dan tidak boleh berlebihan seperti yang tertera di dalam QS Taha (20):81 yang artinya: “Makanlah dari rezeki yang baik – baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampau batas…”

Panduan makanan thayib

Semakin canggihnya teknologi, banyak makanan instan yang diproduksi seperti ayam broiler dan telurnya, susu kaleng, beras non-organik, ikan yang diawetkan, dan sayur–sayuran yang berpestisida tinggi, beras non-organik, buah–buahan yang dililin, makanan ber-MSG dan makanan instan lainnya. 

Hal ini jauh beda dengan ayam kampung, ikan segar, susu segar, beras organik dan sayur – sayuran organik.

Seorang penulis, Michael Pollan dalam bukunya Food Rules menyatakan bahwa ada 10 petunjuk memilih makanan sehat:

1. Jangan makan apapun yang nenek moyang kita tidak mengakuinya sebagai makanan.

2. Makan tumbuh–tumbuhan terutama daun–daunan.

3. Makan makanan yang kelak akan basi.

4. Keluar dari supermarket secepat mungkin untuk menghindari makanan instan.

5. Bukan makanan jika dia datangnya lewat jendela mobil.

6. Bukan makanan jika disebut dengan nama yang sama di semua bahasa.

7. Makanlah hewan yang memakan makanan yang baik.

8. Makan junk-food asal buatan sendiri.

9. Jangan sarapan pagi dengan sereal yang dapat merubah warna susu.

10. Jangan remehkan ikan kecil yang berprotein tinggi. 

Petunjuk dari Michael Pollan di atas sudah cukup baik yang dapat menambah pemahaman kita terhadap makanan yang halal dan thayib menurut Al-Qur’an dan Hadits.

Murah atau mahal

Dari panduan di atas tentu saja para keluarga sangat peka dengan harga karena menyangkut soal anggaran keuangan keluarga. Sebenarnya tidak semua yang baik dan sehat itu mahal, misalnya memakan buah–buahan lokal seperti papaya, nenas, rambutan, mangga lebih baik dan murah dari apel yang dililin atau mangga dalam kemasan kaleng.

Namun tidak dipungkiri, sebagian besar makanan organik dipasang dengan harga tinggi karena waktu produksinya lebih lama dan memakai energi manusia lebih banyak.

Sebagai panduan keluarga, usahakan sebisanya untuk mengkonsumsi makanan halal dan thayib dengan menggunakan anggaran yang ada. Jika tidak mampu, jangan kemudian terpaksa berhutang hanya ingin memastikan makanan yang dikonsumsi harus organik misalnya.

Jangan lupa niat dan doa, karena hanya Allah SWT jualah yang akan memastikan konsumsi keluarga kita senantiasa halal dan thayib. Wallahu a'lam bis-shawaab. Salam Sakinah!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com