Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakai Analitik Big Data SAP HANA, Rumah Sakit di AS ini Hemat Jutaan Dollar

Kompas.com - 14/05/2016, 10:19 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemanfaatan big data untuk industri rumah sakit dan layanan sistem kesehatan di Amerika Serikat (AS) kian marak.

Salah satunya dengan penggunaan platform SAP HANA untuk analisis data pasien, emnjadikan rumah sakit di AS lebih cepat dan lincah untuk mengatasi aneka tantangan di dunia kesehatan.

Sebelumnya, rumah sakit di AS banyak yang mengalami keterbatasan penanganan pasien akibat sumber data yang kurang. Tidak ada analisis real time untuk membantu meningkatkan kualitas perawatan dan mengurangi biaya.

Dengan menarik data pasien dari berbagai sumber dan menempatkannya di SAP HANA, penyedia layanan kesehatan kini memiliki satu tampilan tunggal data pasien mereka untuk mendapatkan informasi lebih mendalam sesuai permintaan pasien.

Pengguna SAP HAHA pertama di AS antara lain Mercy, Parkland Health & Hospital System, dan Sutter Health.

Mercy memiliki 45 jaringan rumah sakit perawatan penyakit akut dan khusus, serta mempekerjakan 40 ribu karyawan di Arkansas, Kansas, Missouri, dan Oklahoma.

Dengan menggunakan SAP HANA, Mercy bisa berhemat 9 juta dollar AS per tahun dalam biaya operasionalnya. Dengan SAP HANA juga, jaringan rumah sakit ini bisa meningkatkan layanan laboratorium hingga 1 juta dollar AS.
 
Rumah sakit ini juga mendapatkan detail transaksi lebih rinci untuk mendukung pertumbuhan, serta produktivitas staf yang tinggi, dibantu akses teknologi informasi (TI).

Sementara Parkland Health & Hospital System adalah salah satu sistem rumah sakit umum terbesar di AS. Sistem ini meliputi 20 klinik berbasis masyarakat, 12 klinik berbasis sekolah dan berbagai penjangkauan dan program pendidikan.

Dengan SAP HANA, Parkland mendirikan analisis dan pelaporan perusahaan. Saat ini, karyawan Parkland telah mampu melakukan analisis mendalam dari data pasien untuk memberikan perawatan yang lebih baik dan pelayanan kepada pasien.

Sedangkan Sutter Health yang berbasis di California Utara, adalah sistem kesehatan non-profit dengan lebih dari 5.000 dokter yang berafiliasi. Dengan mengembangkan sistem pusat untuk manajemen data perusahaan, analisis dan pelaporan, Sutter mencapai beberapa hal.

Antara lain, pengolahan laporan yang 40 kali lebih cepat. Kelincahan untuk mengelola pertumbuhan dan mengolah kompleksitas dari beberapa rangkaian data pembayar eksternal dengan rangkaian data klinis internal.

Peningkatan 87 persen dalam memprediksi registrasi ulang. Hanya 1 persen tingkat kesalahan dalam penggambaran penyimpanan (storage) dan etalase (display). Serta, kemampuan untuk membantu memprediksikan momen-momen puncak serangan asma untuk membantu staf unit gawat darurat secara tepat.

"SAP HANA memiliki kemampuan untuk mencerna dan mengintegrasikan informasi dari sumber-sumber data yang ada sesuai permintaan," kata Souvik Das, kepala ilmuwan data dan arsitek Big Data di Sutter Health, melalui keterangan pers ke Kompas.com.

"Hal ini memungkinkan organisasi dan vendor kami untuk melihat data secara lebih prospektif untuk memprediksi volume pasien di divisi tertentu. Prediksi dan analisis yang kami lakukan memiliki aplikasi di kehidupan nyata dalam meningkatkan akses pasien ke perawatan yang lebih baik," lanjut dia.

Kompas TV Rumah Sakit Koja Kebakaran, Pasien Panik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Kinerja Baik APBN pada Triwulan I-2024, Pendapatan Bea Cukai Sentuh Rp 69 Triliun

Whats New
Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Hadirkan Fitur Menabung Otomatis, Bank Saqu Siapkan Hadiah 50 Motor Honda Scoopy 

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com