Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mi Instan Punya Penggemar Paling Fanatik di Indonesia

Kompas.com - 27/05/2016, 14:31 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Mi instan ternyata memunyai penggemar paling fanatik di Indonesia. Konsumen Indonesia rata-rata membeli produk mi instan dua kali dalam seminggu. Catatan mengenai mi instan ini datang dari hasil riset Brand Footprint Kantar Worldpanel edisi 2015 yang dipublikasikan kemarin.

Riset itu menyertakan 8.500 rumah tangga. Angka tersebut mewakili 85 persen dari seluruh rumah tangga di wilayah urban atau perkotaan di Indonesia. Lembaga itu membuat peringkat hingga urutan sepuluh untuk produk-produk konsumsi habis dipakai (FMCG) untuk merek-merek Indonesia.

Pada peringkat pertama adalah merek mi instan Indomie. Di seluruh dunia, Indomie yang diproduksi oleh Grup Indofood itu ada di peringkat delapan FMCG. Indomie, menurut riset itu memunyai pangsa pasar besar di Malaysia, Turki, Vietnam, dan Nigeria.  Bahkan di Nigeria, Indomie juga berhasil menduduki peringkat pertama  merek yang paling dipilih oleh konsumen Nigeria.  Penjualan international yang luas, merupakan salah satu faktor pendukung penampilan Indomie. Disamping itu, sertifikat halal juga menjadikan Indomie sebagai merek halal mi instan terbesar di dunia.

Sementara itu, menyusul di peringkat kedua adalah produk Mie Sedaap. Produk mi instan ini usianya 31 tahun lebih muda dari Indomie. Wings Food memproduksi Mie Sedaap pada 2003.

Selanjutnya, merek yang masuk dalam kategori FMCG terlaris adalah penyedap rasa Masako dan Royko. Selanjutnya, merek susu Frisian Flag. Produk sabun cuci So Klin juga masuk dalam daftar ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com