Dicantumkan di dalam buku “The Super Leader Super Manager”, lebih kurang 28 tahun sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang yang pernah menjelajahi pasar-pasar di Yaman, Suriah, Busra, Irak, Yordania, Bahrain dan sekitar jazirah Arab lainnya.
Dengan kecerdikannya berdagang, Nabi Muhammad SAW berhasil memenuhi kebutuhan pembeli yang berlainan dari satu kota ke kota yang lain.
Misalnya beliau aktif berdagang di saat musim haji di pasar Ukaz dan Djuz Majaz, kemudian di musim lainnya aktif mengurus perdagangan grosir di kota Mekkah.
Dalam aktivitas perdagangan inilah, nabi berhasil mengenalkan hakikat bisnis Islami sebenarnya yang secara berangsur-angsur menghapuskan praktik riba di masa itu.
Ditemukan akad-akad Islami seperti perwakilan (wakalah), kemitraan (mudharabah dan musyarakah), jual-beli (murabahah), sewa-menyewa (ijarah) yang saat ini kita dapati dalam praktik bisnis syariah.
Di samping itu beliau senantiasa menunjukan sifat-sifat jujur (siddiq), amanah, menyampaikan kebaikan (baligh) namun tetap dengan kecerdasan yang luar biasa (fathonah).
Dari kisah di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Rasulullah SAW sudah mengajarkan kita bagaimana mengurus bisnis musiman, menangani pelanggan dengan berbagai tabiat dengan tetap mengedepankan sifat-sifat terpuji.
Kiat-kiat sukses
Tentu saja kita dapat mengambil uswah dari pengalaman dagang Rasulullah SAW dan membawanya dalam praktik dagang kita saat ini. Paling tidak ada 7 kiat sukses:
1. Memilih mitra bisnis yang dapat dipercaya dan mempunyai visi misi yang sama.
2. Memahami perputaran bisnis musiman dan geliat pesaing bisnis.
3. Mengatur cashflow saat musim laris dan musim sepi.
4. Mencari alternatif bisnis sampingan untuk menutupi bisnis utama yang sepi di kala tertentu. Dalam kasus ini saat bisnis warteg sepi di bulan Ramadhan, penjual dapat menyulap warung menjadi toko penjual barang persiapan lebaran seperti parcel lebaran, kue lebaran, pembuatan lontong dan ketupat, dan lain sebagainya.
5. Siapkan alat promosi yang disesuaikan dengan bisnis musiman.
6. Tetap mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan yang bukan hanya loyal membeli makanan warteg tetapi juga membeli barang jualan lainnya.