Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Alois Wisnuhardana
Penulis

Penulis dan penyuka petualangan bersepeda. Memulai kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, tapi menyelesaikannya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi pada Majalah IDEBISNIS, Apartment Guide, iDEA, Tabloid RUMAH, dan Tabloid PCplus.

Wirausaha Kuliner: Pengalaman Kedai Tjikini dan Organic Fried Chicken

Kompas.com - 17/06/2016, 08:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Di bisnis lele ini, suaminya merugi tak kurang dari 400 juta rupiah. Tapi Redia emoh menyerah.

Sembari masih bekerja dan berkeliling dari kota ke kota setiap pekannya untuk keperluan kantornya, ia tetap menopang penuh peluang lain yang ingin digeluti suaminya. Terutama topangan dari sisi finansial.

Saat itu, ia tetap percaya bahwa di tengah-tengah kesulitan mereka menemukan usaha yang cocok, pasti akan ada jalan yang membuat mereka sukses.

Lalu, datanglah inspirasi usaha beternak ayam potong. Akan tetapi, bisnis ini sendiri bukanlah bisnis yang mudah dan perlu keterampilan dan pengalaman. Mereka melihat ada beberapa temannya yang justru terlilit utang ratusan juta gara-gara terjun di bisnis ayam potong ini.

Tantangan di bisnis ayam tak cuma itu. Modal untuk beternak ayam juga sudah tak ada lantaran tersedot sebelumnya ke bisnis lele. Redia pun mencari pinjaman lewat kredit tanpa agunan, sekalipun bunganya sangat tinggi. Uang tabungannya sudah tergerus habis.

Sembari belajar, sang suami kemudian menemukan jalan untuk beternak ayam potong, tapi bukan ayam potong biasa, melainkan ayam potong organik.

Dari mana mereka punya ide itu? Dari anak-anak mereka sendiri. Dua anak Redia-Luqman adalah penggemar ayam goreng. Tapi setiap kali makan ayam goreng, kulit anak-anak itu gatal-gatal. Alergi.

Dari hasil pemeriksaan dokter, terbukti bahwa obat-obatan antibiotik pada ayam dan hormon penggemuk ayam itulah yang membuat anak-anaknya alergi.

Maka, Luqman pun terpikir untuk beternak ayam yang semua makanan dan minuman/vitamin ternaknya terbuat dari bahan-bahan alami. Namun, “uang sekolah” untuk menjadi peternak ayam organik ini tak murah. “Habisnya sudah lebih banyak dari 1 miliar rupiah. Karena suami saya memang tertarik ke ayam organik, makanya dia tetep tekun,” kata Redia.

dokumen pribadi Karyawan O'Chicken menata pesanan
Setelah berhasil menemukan formulanya, mendapatkan proses bisnisnya, dan memperoleh cara untuk mengembangkannya, mulailah terlihat bahwa bisnis ini memang menjanjikan. Produknya spesifik, tapi pasarnya masih sangat luas.

Dari mula-mula sekadar memproduksi ayam organik dan memasoknya ke beberapa supermarket, Redia kemudian berpikir untuk membuat outlet warung makan sendiri dengan menu ayam organik ini. Maka, mulailah ia membuka gerai ayam goreng organiknya.

Ayam goreng ini ternyata diminati dan diterima pasar secara baik. Kualitas daging ayam yang super dan penggemukan tanpa satupun pengawet kimiawi membuat O’Chicken, singkatan dari Organic Fried Chicken, berkembang lebih cepat dari perkiraan mereka berdua.

“Ketika pertama kali buka, suami saya memperkirakan bahwa dalam tahun pertama, daging mentah yang dapat terserap di resto O’Chicken sekitar 10 ribu ekor per bulan saja. Tapi begitu saya membuka kerja sama operasi dalam bentuk business opportunity (BO), kebutuhan ayam bisa mencapai 40 ribu ekor per bulan,” ujar Redia.

“Makanya, suami saya sempat keteteran memenuhi permintaan untuk resto ini. Sampai-sampai, suami minta supaya pembukaan outlet dan kerja sama distop dulu sampai kebutuhan daging ayam untuk outlet yang sudah ada dapat terpenuhi,” lanjutnya.

Untuk meningkatkan suplai, suami Redia juga menawarkan ke beberapa petani lain untuk ikut beternak ayam organik ini, dengan O’Chicken sebagai inti plasmanya. Tawaran ini ternyata disambut baik oleh beberapa kenalan, dan sampai hari ini mereka masih menjadi pemasok kebutuhan daging O’Chicken.

Sejak ditawarkan sebagai peluang usaha berbentuk kemitraan hampir dua tahun lalu, O’Chicken kini sudah memiliki hampir 60 mitra yang tersebar di berbagai kota. Dari mitra sebanyak itu, yang kini benar-benar aktif dan berhasil untuk bertahan sekitar 45 outlet.

Untuk karyawan di kantornya, Redia juga sudah mengelola tak kurang dari 30 karyawan. Sebagian dari mereka adalah karyawan yang sudah pernah berpengalaman mengelola restoran besar seperti McD atau KFC.

Setelah platform kemitraannya relatif stabil, mimpi Redia berikutnya adalah membangun pabrik pengolahan daging organik beku (organic frozen food).

Saat ini, sistem produksi dan semua persyaratan yang diperlukannya sedang ia lengkapi. Termasuk sertifikasi daging organik yang telah ia kantongi dari Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan Direktorat Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian.

Kini, usahanya praktis sudah menemukan ritme dan pola yang tepat, termasuk rencana pengembangan bisnis dalam waktu dekat. Ia tidak lagi harus capek-capek karena malam-malam harus mencabuti bulu ayam sepulangnya dari kantor. Ia tidak lagi harus didera rasa bersalah terhadap suami dan anak-anaknya.

Akan tetapi, sampai sekarang ia masih tetap harus berkeliling kota-kota di Indonesia. Bukan untuk Freeport melainkan untuk membuka gerai barunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com