Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menuju Indonesia Berinovasi

Kompas.com - 08/08/2016, 21:35 WIB

Inovasi sektor publik

Apa yang dilakukan Risma dan Emil tersebut merupakan contoh dari inovasi sektor publik (innovative goverment).

William D Eggers dan Shalabh Kumar Singh dalam The Public Innovator's Playbook menggambarkan innovative Government sebagai langkah terobosan yang dilakukan pemerintah di segala level dalam meningkatkan pelayanan publik secara signifikan.

Innovative government sangat diperlukan karena manfaatnya akan dirasakan langsung oleh banyak orang.

Innovative government bisa mengubah nasib banyak orang dan menciptakan siklus kebaikan di masyarakat.

Namun sayang, innovative government merupakan barang langka di negeri ini. Maklum inovasi memang belum menjadi budaya di sektor publik. Indonesia belum memiliki DNA inovasi.

Innovative government tampaknya masih belum optimal mengingat kesadaran pemerintah (baik di tingkat pusat maupun daerah) dalam meningkatkan pelayanan publik masih menyisakan ruang untuk perbaikan.

Hal itu tercermin dari penilaian Ombudsman RI atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah dan kementerian tahun 2013.

Dari sejumlah pemerintah provinsi yang dinilai, 60,5 persen berada dalam zona merah yang berarti pelayanan publiknya buruk.

Hanya 9 persen pemprov yang dinilai dapat melayani publik dengan baik atau berada dalam zona hijau.

Adapun untuk pemerintah kota/kabupaten, 56 persen berada dalam zona merah dan hanya 12 persen masuk dalam zona hijau.

Sementara,  Berdasarkan penilaian terhadap 18 kementerian, Ombudsman menyimpulkan 22,2 persen mendapat zona hijau, 50 persen kuning, dan 27,8 persen merah.

Bagaimana posisi Indonesia secara global? Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat inovasi Indonesia berada di tengah-tengah, tidak bagus namun juga tidak terlampau buruk.

Berdasarkan Global Innovation Index 2014, Indonesia berada di posisi 87 dari 143 negara dengan skor 31,81 dalam skala 0 - 100.

Skor Indonesia masih jauh di bawah Swiss yang menduduki peringkat pertama dengan skor 64,78.

Terdapat sejumlah elemen yang dipakai untuk menghitung Global Innovation Index (GII) antara lain stabilitas politik, kebebasan pers, efektivitas pemerintah, kualitas kebijakan, dan penegakan hukum.

Indeks ini juga memperlihatkan semakin inovatif suatu negara, maka semakin maju perekonomian dan kesejahteraan masyarakatnya.

Ini bisa dipahami karena inovasi merupakan detak jantung dari ekonomi modern.

Lima besar teratas dalam GII Rangking 2014 yakni Swiss, Inggris, Swedia, Finlandia, dan Belanda merupakan negara-negara maju dengan pendapatan perkapita berkisar 50.000 - 80.000 dollar AS per tahun.

Sementara lima besar terbawah yakni Guinea, Myanmar, Yemen, Togo, dan Sudan memiliki pendapatan perkapita berkisar 600 - 1.700 dollar AS per tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Djagad Prakasa Dwialam Ditunjuk Jadi Dirut Kimia Farma

Whats New
S&P 500 dan Nasdaq 'Rebound' Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

S&P 500 dan Nasdaq "Rebound" Ditopang Kenaikan Harga Saham Nvidia

Whats New
Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Home Credit Indonesia Hadir di Jakarta Fair 2024, Simak Penawarannya

Spend Smart
Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Sri Mulyani-Tim Prabowo Suntik Kepercayaan Pasar, Rupiah Tak Lagi Terkapar

Whats New
Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Kembangakan Energi Hijau, TAPG dan Aisin Takaoka Bentuk Joint Venture Company

Whats New
Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Saham Airbus Sempat Menukik Hampir 12 Persen, Apa Sebabnya?

Whats New
Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan 'Paylater' Tumbuh Pesat

Minat Masyarakat Belanja di Toko dengan "Paylater" Tumbuh Pesat

Whats New
'Fintech Lending' Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

"Fintech Lending" Easycash Tunjuk Nucky Poedjiardjo Jadi Dirut

Whats New
Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah, Ini Penyebabnya

Whats New
Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Kemenperin: Hilirisasi Rumput Laut Punya Potensi Pasar Rp 193 Triliun

Whats New
Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara 'Paylater' Perkuat Mitigasi Risiko

Hadapi Kredit Macet, OJK Minta Penyelenggara "Paylater" Perkuat Mitigasi Risiko

Whats New
PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

PT Pamapersada Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1 Berpengalaman, Simak Persyaratannya

Work Smart
Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Beban Besar Prabowo-Gibran Menanggung Utang Pemerintahan Sebelumnya

Whats New
Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Jurus Sri Mulyani Tolak Tawaran Investasi Berkedok Penipuan

Whats New
Hasil Riset: Pengguna 'Pay Later' Didominasi Laki-laki

Hasil Riset: Pengguna "Pay Later" Didominasi Laki-laki

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com