Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontraktor Migas Harus Pakai Pipa Produksi Dalam Negeri

Kompas.com - 25/08/2016, 13:00 WIB
Estu Suryowati

Penulis

NUSA DUA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Pandjaitan meminta para kontraktor minyak dan gas bumi (migas) untuk meningkatkan penggunaan produk-produk dalam negeri dalam operasinya.

Misalnya kata dia, untuk kegiatan di hulu, Luhut mendorong para kontrktor migas untuk menggunakan pipa-pipa produksi dalam negeri. "Pabrik pipa ada empat sekarang ini, dan itu under utilized," ucap Luhut dalam Forum Komunikasi Keselamatan Migas di Nusa Dua, Bali, Rabu malam (24/8/2016).

Luhut menyadari, spesifikasi barang yang digunakan di industri migas tentu sangat tinggi. Namun dia optimistis, kalaupun barang-barang produksi dalam negeri saat ini belum sebaik produksi luar negeri, lambat laun kualitasnya akan meningkat ke depan.

Dalam kesempatan itu, Luhut meminta PT Pertamina (Persero) untuk meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Dengan TKDN yang lebih besar, Luhut yakin keuntungan Pertamina akan bertambah banyak.

Lebih dari itu, dia bilang, penggunaan produk-produk dalam negeri banyak memberikan efek domino, seperti membuka lapangan pekerjaan, yang akhirnya mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kelesuan global.

"Sekarang saya sudah di sini. Saya akan awasi. Hulu pakai pipa dalam negeri. Saya punya mata, kuping dimana-mana. Kalau dia (Pertamina) macem-macem, akan kami gebuk juga," ucap Luhut.

Jawaban Pertamina

Ditemui usai menerima penghargaan keselamatan migas, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya selalu mengupayakan peningkatan TKDN di setiap proyek.

Namun memang, ada beberapa alat dengan spesifikasi sangat tinggi belum bisa dihasilkan pabrikan dalam negeri.

"Ini yang nanti pelan-pelan kawan-kawan harus bisa membina pengusaha dalam negeri agar menghasilkan produk sesuai spesifikasi yang diharapkan kebutuhan di lapangan," ucap Dwi.

Lebih jauh dia menaksir dari sisi volume alat yang digunakan seharusnya TKDN bisa mencapai 60 persen dari total volume. Kalaupun desain baru bisa dibikin oleh luar negeri, Dwi berharap pabrikasinya bisa dilakukan di dalam negeri.

"Saya sudah minta kawan-kawan untuk nanti siapa pun EPC yang dipakai, harus mempertimbangkan porsi TKDN. Tetapi menurut saya, seruan pak Luhut tadi sudah harus menjadi kewajiban," pungkas Dwi.

Kompas TV Proyek Masela Mundur, Inpex Tarik Karyawan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com