Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekan Kredit Bermasalah, Bank Permata Perbanyak Porsi Ritel

Kompas.com - 06/11/2016, 12:50 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) PT Bank Permata Tbk (BNLI) pada kuartal III 2016 tecatat di angka 4,9 persen, naik signifikan dibandingkan periode sama tahun lalu yang di level 2,5 persen.

Guna menekan rasio NPL ini, Bank Permata berupaya memperbesar porsi penyaluran kredit ke ritel.

"Restrukturisasinya, ke depan pelan-pelan kami kurangi porsi wholesale dan menaikkan porsi ritel," kata Head of Corporate Planing Bank Permata Harry Iman Subekti akhir pekan ini di Bogor, Jawa Barat.

Selain itu, lanjut Harry, Bank Permata juga akan meningkatkan kerja sama pembiayaan dengan anak usaha PT Astra Internasional Tbk (ASII) lainnya, seperti PT Federal Internasional Finance (FIF) serta PT Astra Sedaya Finance (ACC).

Harry menambahkan, perusahaan juga akan menambah penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Meningkatnya rasio kredit bermasalah ini menjadi salah satu penyebab melorotnya kinerja Bank Permata.

Wakil Presiden Direktur Bank Permata, Julian Fong menyampaikan, pada kuartal III 2016 Bank Permata mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp 1,2 triliun.

Angka tersebut turun 231 persen, dibandingkan periode sama tahun lalu yang masih membukukan laba bersih sebesar Rp 938 miliar.

"Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan signifikan provisi kerugian kredit akibat meningkatnya kredit bermasalah menjadi 4,9 persen dari 2,5 persen pada periode sama tahun lalu," kata Fong.

Sementara itu, Kepala Hubungan Investor ASII Tira Ardianti mengatakan, sebagai pemilik saham, ASII yakin manajemen Bank Permata mampu merestrukturisasi kinerjanya.

Dia juga bilang, pada Juni lalu Bank Permata juga sudah menyelesaikan rights issue dan mendapatkan dana sekitar Rp 5,5 triliun.

Namun ketika dikonfirmasi kapan NPL Bank Permata akan kembali turun, Tira mengaku tidak bisa memprediksikan, lantaran banyak faktor yang berpengaruh. "Tidak ada yang tahu, karena tergantung ekonomi itu sendiri," ucap Tira.

"Faktor kedua, harga komoditas. Seberapa lama harga akan turun terus. Kalau bisnis mereka (debitur) susah, ya mereka akan mengalami kesulitan (membayar)," kata Tira.

Kompas TV Beban Pencadangan Bank Alami Lonjakan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com