Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Ajak Indonesia Kerja Sama Informasi Geospasial

Kompas.com - 20/02/2017, 12:52 WIB
Aprillia Ika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pihak Jepang mengajak Indonesia untuk bekerja sama di bidang informasi geospasial dengan menggunakan Quasi-Zenith Satellite Positioning Systems (QZSS).

Hal ini disampaikan oleh Yoshitaka Shindo, anggota DPR Jepang yang juga mantan menteri ekonomi dan perdagangan Jepang pada pidatonya dalam acara The 12th Asia-Pacific Seminar in Indonesia, Senin (20/2/2017).

QZSS adalah sistem satelit dari Jepang yang harus menggunakan tiga satelit untuk mengoptimalkan informasi data, hingga tingkat akurasi lima sentimeter dari objek yang dicari.

Proyek ini akan selesai pada akhir tahun ini. Jepang sudah merintis kerja sama dengan Australia dan Singapura.

Di Australia, sistem informasi geospasial ini digunakan untuk mengoperasikan traktor untuk perkebunan. Di Singapura, diterapkan untuk sistem jalan berbayar electronic road pricing (ERP).

Sistem ini juga digunakan untuk memonitor tsunami dan dampaknya di Jepang.

"Di 2012, potensi bisnis dari informasi geospasial ini diestimasi mencapai 163 miliar dollar AS. Di 2020, pasarnya akan mencapai 513 miliar dollar AS," kata Shindo.

"Kami ingin mengajak semua pihak untuk memanfaatkan satelit untuk banyak hak," lanjut dia.

Hasanudin Abidin, Kepala Informasi Geospasial Indonesia, mengatakan bahwa saat ini sistem informasi geospasial belum dipakai secara maksimal.

Padahal dari survei lembaga ini, 92 persen aktivitas pemerintahan menggunakan informasi geospasial. Dari jumlah itu 65 persen merupakan informasi primer.

"Geospasial penting. Di Indonesia baru ada 92 perusahaan terkait geospasial. Di Singapura sudah ada 300 perusahaan. Bisa jadi pangsa pasar Indonesia yang besar akan dicaplok Singapura jika semua pihak tidak sadar arti penting informasi geospasial ini," kata dia.

Sebagai contoh, di Indonesia saat ini bisa jadi tol tidak terbangun karena ada beda data antara peta milik satu kementerian dengan badan lain.

Untuk mengatasinya, Presiden Joko Widodo menginstruksikan program satu peta melalui Perpres nomor 9 tahun 2016. Diharapkan pada 2019 program ini sudah selesai.

Pada tahun lalu, badan informasi geospasial sudah menyelesaikan peta Kalimantan. Tahun ini di Sulawesi dan Sumatera. Tahun depan di Papua dan Maluku. Lalu, peta Jawa selesai pada 2019.

"Indonesia perlu bekerja sama dengan Jepang dalam pengembangan teknologi informasi serta sumber daya manusia di bidang informasi geospasial. Kerja sama sebelumnya sudah banyak namun perlu ditingkatkan," pungkas Hasanudin.

Investasi Jepang

Rahmat Gobel, Utusan Khusus Indonesia untuk Jepang, mengatakan bahwa sebenarnya kerja sama dan Investasi Jepang ke Indonesia sudah besar.

Negara-negara lain juga berebut investasi dari Jepang ini. Namun Indonesia unggul dari sisi pangsa pasar yang terus menarik minat Jepang.

"Di 2017 ini kami ingin meningkatkan kerja sama tidak melulu pembangunan manufaktur saja tetapi di bidang SDM dan lingkungan. Kerja sama di bidang informasi geospasial merupakan salah satu hal yang bisa menjembatani hal tersebut," kata dia.

Menurut Rahmat, investasi Jepang ke Indonesia di tahun lalu naik dua kali lipat.

Di tahun ini, diperkirakan kerja sama dengan Jepang akan semakin meningkat, dan diharapkan dibarengi dengan meningkatnya daya saing Indonesia dari sisi SDM dan lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com