Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencurian Data Nasabah, Potret Carut-marut Perbankan?

Kompas.com - 04/04/2017, 07:00 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo memaparkan ada lima modus kejahatan perbankan yang dialami Bank Mandiri.

Pertama, fraud atau kejahatan perkreditan yang dilakukan debitur perusahaan yang mengajukan kredit dengan modus menggelembungkan laporan keuangan dan performance kinerja yang baik agar mendapatkan kredit.

Akan tetapi, ketika situasi ekonomi menurun dia melaporkan situasi penjualan yang menurun sehingga berdampak pada NPL atau kredit macet di Bank Mandiri menjadi besar.

Menurut Kartika, pengusaha yang memang mereka menggelembungkan volume laporan keuangannya misal dari sisi laporan keuangan dan usaha inventori.

Biasanya, fraud semacam ini cirinya yakni terkesan nasabah ada pertumbuhan yang tinggi tapi begitu terjadi kondisi perekonomian yang terbalik tiba-tiba penjualannya menurun drastis sehingga situasinya berbalik.

"Jadi, pinjaman bank terlihat besar sekali namun kemampuan cash flow mereka ternyata rendah sekali dan kalau diteliti ada laporan keuangan yang direkayasa di tahun sebelumnya," kata Kartika.

Modus kedua, calon debitur ada kecenderungan untuk mempailitkan sendiri, pada waktu perekonomian terbalik justru mereka mempailitkan kreditnya dengan harapan bisa lepas dari jeratan kredit bank dan melepas asetnya dengan harga rendah.

"Sebagai contoh di Bank Mandiri ada 17 kasus kepailitan yang sebagian besar diajukan oleh debiturnya, jadi memang ada beberapa yang kita ajukan sendiri tapi ada juga debiturnya," ucap Kartika.

Ketiga, ada modus pemalsuan dokumen yang terdiri dari dua jenis yaitu bank garansi dan pemalsuan bilyet deposito. Untuk modus bank garansi Bank Mandiri ada beberapa kasus, sementara untuk kasus pemalsuan bilyet deposito di tahun 2017 ini belum ada kasusnya.

Pada tahun ini ada moduks penipuan menggunakan bank garansi. Modus bank garansi ini mereka membawa bank garansi seolah diperjual belikan menyatakan bahwa punya kewajiban membayar, tapi sebenarnya ini bukan resmi diterbitkan dari bank.

"Ini cukup banyak yang dibawa oleh oknum-oknum ke bank kami padahal tidak resmi," Sebut Kartika.

Keempat, ada pula kejahatan berupa phising atau pencurian identitas kartu kredit, serta ada pula kejahatan penipuan skimming atau pencurian data melalui kloning di ATM.

Kelima, ada juga pemalsuan tampilan melalui e-banking. Misalnya tampilan e-banking tersebut dimodifikasi serupa dengan aslinya, kemudian menipu nasabahnya ketika memasukkan password dan usernamenya untuk digunakan pelakunya memindahkan dana dari rekening korban.

Kartika menyebutkan, pihaknya telah melakukan upaya untuk mendeteksi adanya unusual activity dengan menggunakan sistem teknologi baru. Misalnya ketika ditemukan adanya transaksi yang mencurigakan akan dipotong dari pusat ke rekening nasabah tersebut.

"Kalau misalnya ada unusual activity itu otomatis akan di-shut down ini sudah ada beberapa modifikasi untuk melakukan mitigasinya. Dalam versi Mandiri online yang baru kita ada fitur ini sehingga kalau ada unusual acitivity yang ada itu kita shut down," paparnya.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)

Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni mengatakan terdapat fraud yang menggunakan kecanggihan IT untuk membobol data nasabah. Misalnya, pencurian data nasabah melalui skimming yang ada di dalam mesin ATM.

Nantinya data yang diperoleh oleh pelaku digunakan untuk digandakan kartunya lalu dananya digunakan untuk ditarik tunai atau dibelanjakan, ada juga yang menggunakan jaringan IT.

"Salah satu kasus adalah pencurian data nasabah melalui metode skimming. Melalui alat skimming yang di dalam mesin ATM. Atas data yang dicuri dan digandakan untuk belanja di dalam dan luar negeri dan ditarik tunai," kata Achmad Baiquni.

Guna meminimalisisir modus dengan metode skimming, BNI melakukan monitoring ke beberapa mesin ATM untuk mencegah adanya peletakan alat skimming tersebut. BNI juga memasang CCTV, serta menganalisa lokasi mana saja yang rawan terjadi pembobolan ATM.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com