Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemilik Saham Bank Eksekutif Tagih Janji Recapital

Kompas.com - 09/04/2017, 07:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Akuisisi PT Bank Eksekutif Tbk (BEKS) oleh PT Recapital Securities tahun 2010 lalu masih menyisakan masalah.

Keluarga Lunardi Widjaya, pemilik lama bank yang kini sudah beralih nama menjadi BPD Banten ini mengaku belum juga menerima pembayaran atas pembelian 676.715.000 saham (79,25 persen) dari Recapital.

Lunardi, pemilik lama Bank Eksekutif mengatakan, awalnya Rosan Perkasa Roeslani pemilik Recapital Group berjanji akan membayar saham yang dibeli tersebut sebesar 1,3 kali dari nilai buku (price to book value).

Namun sampai akhirnya 29 Juni 2010, pembayaran tak kunjung dilakukan. "Dia sampai sekarang enggak bayar, janjinya sudah lama," ujar Lunardi kepada Kontan, Jumat (7/4/2017).

Padahal, transaksi yang disetujui oleh Bank Indonesia itu telah menjadikan Recapital Securities sebagai pemegang saham mayoritas, bank dengan kode saham BEKS itu.

Lunardi mengaku sabar menanti Rosan merealisasikan janjinya. Sampai akhirnya pada November 2015 lalu, Lunardi melaporkan Rosan ke Bareskrim Polri dengan dugaan tindak pidana penggelapan dan pencucian uang.

Sebab, Rosan berencana menjual Bank Eksekutif yang telah berganti nama menjadi Bank Pundi kepada PT Global Banten Development untuk dijadikan Bank Banten.

Denny Kailimang, kuasa hukum Lunardi menambahkan, 27 Maret 2017 kemarin, ia juga telah menyurati Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Dono Sukmanto. Dalam surat itu, ia minta Bareskrim mempercepat proses penyidikan. Soalnya kasus ini seperti jalan di tempat.

"Apalagi sudah sempat ada pergantian kepemimpinan. Maka dari itu kami layangkan surat," katanya.

Memang sejak dilaporkan, Bareskrim sudah melakukan penanganan, seperti mendengarkan keterangan Lunardi sebagai saksi pelapor pada Senin 7 Desember 2015. Sampai pada akhirnya, 25 April 2016, Bareskrim melimpahkan penyidikan kasus ini dari Tindak Pidana Umum ke Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus.

Alasannya, materi perkara yang ditangani sesuai dengan bidang tugas Subdit Perbankan Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus.

"Sejak saat itulah hingga kini pelaporan kami seakan mengendap," tambahnya.

Direktur Tipideksus Agung Setya mengatakan, pihaknya tetap melakukan penyidikan kasus ini. Namun, "Belum bisa kami sampaikan lebih lanjut karena masih dalam tahap penyidikan," katanya.

Menurut Denny, pihaknya telah melaporkan hal ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab ada potensi kerugian negara atas transaksi pembelian Bank Pundi oleh PT Global Development yang merupakan BUMD Pemprov Banten.

Hingga berita ini ditulis, Rosan yang juga Ketua Kadin Indonesia ini belum bisa dikonfirmasi. Telepon dan pesan elektronik yang dilayangkan Kontan dalam beberapa hari terakhir, tidak direspons. (Hendra Gunawan, Sinar Putri S.Utami)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com