Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Strategi Kementan Genjot Ekspor Pisang Lampung

Kompas.com - 25/03/2019, 16:30 WIB
Hotria Mariana,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan pengembangan usaha pertanian berbasis kemitraan guna meningkatkan ekspor pertanian pisang serta meningkatkan kesejahteraan para petaninya.

Dalam rilis Kementan yang Kompas.com, Senin (25/3/2019), implementasi dari program kemitraan tersebut salah satunya dapat dilihat di Kawasan Pisang Komersial di Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Buah dan Florikultura, Sri Wijayanti Yusuf mengatakan, melalui kemitraan petani di sana dibina untuk membudidayakan varietas pisang yang diminati pasar dengan mengacu pada pola budidaya yang baik.

"Dengan pola seperti itu, para petani diharapkan dapat menghasilkan pisang bermutu tinggi dan berpeluang untuk diekspor seperti yang pernah terjadi pada 2018," ujar Sri seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima. 

Pada saat itu tercatat pisang mas yang dibudidayakan melalui pola tersebut berhasil diekspor ke Singapura dan Tiongkok. Bahkan hingga saat ini volume ekspor ke Singapura belum terpenuhi lantaran banyaknya permintaan dari negara lain seperti Timur Tengah.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Buah dan Florikultura, Sri Wijayanti Yusuf saat kunjungan lapangan ke kabupaten Tanggamus, Lampung.Dok. Kementan Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Buah dan Florikultura, Sri Wijayanti Yusuf saat kunjungan lapangan ke kabupaten Tanggamus, Lampung.

Sementara itu, salah seorang petani di Kabupaten Tanggamus bernama Suroto mengungkapkan, pendapatannya jauh meningkat setelah menerapkan pola kemitraan arahan Kementan ini.

Ia menuturkan sebelum bermitra, pendapatan bersihnya hanya Rp 6 juta yang diterima setelah empat bulan bertani padi dan jagung.

“Setelah bermitra bukan hanya dapat pasar, harganya juga stabil. Lahan saya seluas 0,7 hektar menghasilkan 0,5 ton pisang tiap minggunya. Dari itu saya mendapat keuntungan bersih Rp 5 juta per bulan,” tutur Suroto, Sabtu (23/3).

Keuntungan pola bermitra ini juga dirasakan oleh Ahmad Sudarwan, Ketua Kelompok Tani Nakula, Desa Margoyoso Kabupaten Tanggamus yang melakukan budidaya pisang tanduk, muli dan janten seluas 1,5 hektar.

Ahmad menuturkan sebelum dirinya bermitra, pendapatannya dalam dua minggu hanya Rp 1 juta. Setelah bermitra selama dua tahun, kini ia bisa menghasilkan pendapatan bersih mencapai Rp 5 juta dalam dua minggu.

Menurut catatan Kementan sendiri, saat ini ada 276 petani yang tergabung dalam Tujuh Kelompok Tani dari 38 Desa dan Kecamatan di Kabupaten Tanggamus yang sudah bergabung dalam program tersebut.

Sementara itu, luas kawasan pisang yang tergabung dalam program kemitraan ini pun terus meningkat mencapai 300 hektar dari yang awalnya lima hektar pada tahun 2016.

Dengan terus meningkatnya jumlah petani yang bermitra, Sri berharap agar pola kemitraan seperti ini dapat terus dikembangkan dan tidak hanya terjadi di Kabupaten Tanggamus saja, melainkan di wilayah lain di Indonesia.

“Untuk ke depannya program pengembangan buah perlu menggandeng swasta sebagai mitra dan pemasar produk dari petani binaannya.” pungkas Sri.

Lebih lanjut Sri Wijayanti Yusuf mengatakan dengan semakin luasnya petani yang mengadopsi pola kemitraan ekspor pisang segar Indonesia berpotensi meningkat.

Hal tersebut dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018 yang menyebutkan bahwa nilai ekspor pisang segar Indonesia meningkat 67 persen dibanding tahun 2017.

“Data BPS menyebutkan tahun 2017 volume ekspor pisang segar Indonesia hanya sebesar 18.192,5 ton, sedangkan tahun 2018 meningkat menjadi 30.373 ton,” ungkap Sri saat Kunjungan Lapangan ke kabupaten Tanggamus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com