JAKARTA, KOMPAS.com - Nama PT Sri Rezeki Isman mungkin masih awam di telinga sebagian orang. Namun bila mendengar nama populernya yakni Sritex, banyak orang akan mengenalnya sebagai perusahaan tekstil besar asal Indonesia.
Produk tekstil Sritex merambah pasar tak hanya ada di Indonesia, namun juga ke luar negeri. Bahkan produk baju militernya yang terkenal sudah digunakan oleh pasukan militer di lebih dari 30 negara.
Perjalanan Sritex menjadi perusahaan tekstil besar tidak ditempuh dengan mudah. Jalan berliku dan terjal harus dilalui lebih dari 50 tahun.
"Sritex ini awalnya dari kios yang dibangun oleh ayah saya (Lukminto) di Pasar Klewer tahun 1966," cerita Direkrut Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto di Kompas CEO Talk, Menara Kompas, Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Saat itu Lukminto menjadi pedagang kain di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah. Sementara kainnya berasal dari produsen di Bandung, Jawa Barat.
Merasa capek harus bolak-balik Bandung-Solo, Lukminto akhirnya membuat pabrik kain skala kecil di Solo pada 1968. Saat itu, hanya ada 4 orang yang membantu Lukminto.
Dua tahun berselang, skala bisnis Lukminto mulai tumbuh dengan mencoba industri pencelupan kain. Produknya pun laku dijual di pasar domestik yakni di Solo.
Baca: Perang Dagang, Sritex Incar Pasar Amerika Serikat Lebih Luas
Memiliki hasrat membesarkan Sritex, Lukminto pun memindahkan bisnisnya ke Sukoharjo dengan membuat pabrik yang terus diperbesar pada 1978.
Sukoharjo jadi titik awal yang baru bisnis Lukminto, karena Sritex mulai mengembangkan industri yang terintegrasi, mulai dari pembuatan benang hingga garmen pada periode 1980-1990.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan