Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Neraca Perdagangan Pertanian Surplus, Pengamat: Impor Menurun

Kompas.com - 23/08/2019, 09:17 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

"Kenapa negara-negara impor karena ada kebutuhan dan mereka ekspor untuk meraup devisa. Jadi kebijakan Indonesia era sekarang sudah tepat yakni mengendalikan impor dan mendorong ekspor," terangnya.

Oleh karena itu, Karim meminta agar tidak terbatas mengupas sisi impor beras, jagung, dan bawang putih. Namun, harus juga mengangkat sisi ekspor dan neraca perdagangan total pertanian.

Nilai impor tiga komoditas tersebut pada kenyataanya sudah tertutup dengan ekspor sawit sehingga Indonesia surplus.

"Buktinya, data BPS menyebutkan Indonesia surplus neraca perdagangan pertanian 2018 sekitar 11 miliar dollar AS. Memang benar ada impor beras, jagung, dan bawang putih, tapi coba disimak dan cermati tren impor semakin mengecil," tuturnya.

Pertumbuhan ekonomi

Sementara itu, Pengamat Ketahanan Pangan Tjipta Lesmana mengungkapkan berdasarkan hasil riset yang dilakukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bisa dijadikan acuan.

"Penerapan teknologi pertanian dengan belanja alat mesin (Alsintan), perbaikan saluran irigasi tersier, penyediaan benih tanaman, bibit ternak dan pupuk oleh Kementan mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya ekonomi pedesaan," jelasnya.

Studi kasus yang dilakukan Bappenas terkait alokasi anggaran belanja 2016-2017 menunjukkan belanja modal mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar Rp 39,1 triliun, belanja barang sebesar Rp 31,8 triliun, sedang belanja pegawai Rp 7,5 triliun.

Belanja barang pada periode tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 0,08 persen. Sementara belanja modal hanya mendorong 0,03 persen.

 

Baca juga: Optimalkan Lahan Rawa, Kementan Gencar Galakan Program Serasi

Anggaran yang sudah dikeluarkan oleh Kementan memiliki peran terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Setiap peningkatan satu persen belanja Alsintan, terjadi peningkatan subsektor pertanian, peternakan, dan jasa pertanian di daerah sebesar 0,13 persen.

“Indikator keberhasilan dapat dilihat pada peningkatan ekspor komoditas pertanian menurut data BPS. Tahun 2018 ekspor komoditas pertanian melonjak tajam menjadi 42,5 juta ton," beber Tjipta.

Tjipta juga membeberkan rata-rata kenaikan ekspor pertanian per tahun sebanyak 2,4 juta ton.

"Untuk 2019 besar kemungkinan angka ekspor tersebut akan meningkat lagi, karena fokus pada ekspor komoditas pertanian yang dilakukan oleh Kementan," ujar Tjipta.

 

Baca juga: Kementan dan Kominfo Dilibatkan dalam Penanggulangan Karhutla

Kemudian yang tidak kalah hebat, sambungnya, terjadinya penurunan inflasi bahan makanan yang sangat signifikan menjadi 1,26 persen pada 2017 dari sebelumnya 11,71 persen pada 2013.

"Peringkat ketahanan pangan Indonesia, berdasarkan Global Food Security Index juga terus membaik ke peringkat 65 dari 113 negara,” bebernya.

Bahwa Indonesia masih melakukan impor pada beberapa komoditas pertaniannya meski sukses di bidang pertanian, menurut Tjipta, hal itu wajar-wajar saja.

Ekspor dan impor pangan sesungguhnya hal yang biasa dan terjadi pada hampir semua negara.

"Hal yang penting adalah pemerintah konsisten menggenjot ekspor, di samping mengendalikan impor komoditas pertanian secara ketat," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com