Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pendiri Lotte Group, Berkat Permen Karet Jadi Konglomerat Korea...

Kompas.com - 20/01/2020, 10:32 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

SEOUL, KOMPAS.com - Pendiri Lotte Group Shin Kyuk-ho meninggal dunia pada usia 97 tahun. Konglomerat asal Korea Selatan itu tutup usia usai berjuang melawan berbagai penyakit terkait usia yang tetus menua.

Mengutip Channel News Asia, Senin (20/1/2020), total aset yang dimiliki Shin mencapai 860 juta dollar AS, atau setara dengan Rp 11,7 triliun (asumsi Rp 13.650 per dollar AS).

Kisah bisnis Shin dimulai pada tahun 1941, ketika ia menyelundupkan dirinya ke Jepang dan mulai menggunakan nama Takeo Shigemitsu.

Baca juga: Pendiri Lotte Group Meninggal Dunia

Pria kelahiran Ulsan, Korea Selatan mulai membuka bisnis pertamanya pada tahun 1942. Usai meminjam uang sebesar 60.000 yen, Shin akhirnya membuka bisnis produksi rice cooker.

Namun, usahanya ini tidak bertahan lama usai dihancurkan oleh serangan udara dari perang yang sedang berkecamuk di Jepang.

Tidak berhenti disitu, Shin memutuskan untuk membuka bisnis baru. Setelah kembali meminjam uang untuk modal bisnisnya, Shin akhirnya mengoperasikan usaha yang berfokus pada produsen sabun dan krim wajah.

Akhirnya, pada tahun 1948 Shin mendirikan perusahaan yang berfokus ke produksi permen karet bernama Lotte. Nama ini diambil dari salah satu tokoh novel The Sorrows of Young Werther karya Goethe.

Usaha ini pun menjadi sangat sukses. Shin pun memutuskan untuk merambah ke model bisnis lain, mulai dari cokelat, konveksi, hingga properti.

Baca juga: Setelah 3 Tahun, Masalah Tumpang Tindih Lahan PT Krakatau Steel dan Lotte Selesai

Kesuksesan Shin tidak membuat ia lupa pada jati dirinya. Pada tahun 1966, ia memutuskan untuk membawa kembali bisnisnya ke Negeri Ginseng.

Saat kembali ke Korea, Shin bergabung dalam kelompok pebisnis Korea yang bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun kembali Korea Selatan yang hancur akibat perang.

Kolaborasi pebisnis-pemerintah mendorong industrialisasi besar-besaran di Korea Selatan pada 1960-an.

Kesuksesan Lotte Group terus berkembang hingga akhirnya dinobatkan sebagai perusahaan konglomerasi terbesar nomor lima di Korea. Jejaring bisnisnya mencakup supermarket hingga petrokimia.

Total perusahaan di bawah Lotte diperkirakan berjumlah 95 unit usaha.

Kendati berbagai kesuksesan yang dicapai, nama baik Shin sempat tercoreng pada tahun 2017. Dimana pada saat itu Shin terlibat dalam kasus penggelapan pajak yang juga melibatkan dua anaknya, Dong Joo dan Dong Bin.

Shin didakwa bersalah dan harus menerima hukuman empat tahun penjara. Akan tetapi, Shin dibebaskan dengan mempertimbangkan faktor kesehatannya yang buruk.

Baca juga: Menteri Sofyan: Mafia Tanah di Banten Hambat Investasi Lotte Rp 50 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com