Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sutawi
Dosen

Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang

Telur Rp 30.000 Gaduh, Rokok Rp 25.000 Diam

Kompas.com - 01/09/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MASYARAKAT gaduh. Harga telur naik menjadi Rp 30.000 - Rp 32.000 per kg. Satu kilogram telur berisi 15-16 butir, berarti harga telur sekitar Rp 2.000 per butir.

Kenaikan harga telur ini merupakan rangkaian dari gejolak harga telur yang diawali kenaikan harga jagung sejak awal 2021 dan mencapai puncak pada September 2021.

Seorang peternak di Blitar bernama Suroto bahkan sempat ditangkap polisi ketika membentangkan poster meminta bantuan kepada Presiden Jokowi pada Selasa (7/9/2021), terkait tingginya harga jagung.

Gara-gara poster tersebut, Suroto dan perwakilan peternak ayam dari berbagai daerah diundang Presiden Jokowi ke Istana Negara, Rabu (15/9/2021).

Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi berjanji menurunkan harga jagung menjadi Rp 4.500 per kg.

Dalam struktur biaya produksi ayam petelur, biaya pakan memiliki peran 70 persen perhitungan harga pokok produksi (HPP).

Komponen utama (sekitar 50 persen - 60 persen) pakan ayam adalah jagung. Harga jagung yang semula Rp 4000-an per kg melejit menjadi Rp 6000 - Rp 7000-an per kg pada September 2021.

Akibatnya, harga pakan melambung melampaui Rp 8000 per kg dan HPP naik Rp 19.000 - Rp 21.000 per kg.

Kenaikan harga pakan ternyata diperparah dengan anjloknya harga telur yang berkisar Rp 14.000 - Rp 17.000 per kg, sehingga peternak merugi Rp 3.000 - Rp 5.000 per kg.

Penurunan harga ini dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19 dan penutupan sektor hotel, restoran, katering akibat kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di berbagai daerah.

Tidak kuat bertahan dengan permintaan pasar yang rendah, peternak mengurangi populasi ayam petelur 20-30 persen pada saat itu. Hal ini tentu saja mengurangi produksi telur 20-30 persen.

Pada Agustus 2022, harga telur melejit sampai Rp 30.000 - Rp 32.000 per kilogram dari harga normal sekitar Rp 25.000 per kilogram.

Kenaikan harga telur ayam ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah bisnis ayam ras sejak awal tahun 1970-an.

Peningkatan harga telur ini berkaitan meningkatnya permintaan telur seiring meredanya pandemi Covid-19, di mana aktivitas masyarakat kembali normal, dan perekonomian sudah berangsur pulih.

Selain itu, kenaikan tajam harga telur diduga juga dipicu permintaan telur untuk keperluan bansos sembako yang dirapel tiga bulan.

Peningkatan harga telur akan menarik peternak untuk menambah populasi ayam dan secara bertahap akan menimbulkan keseimbangan baru harga telur ayam.

Telur: makanan tersehat

Telur merupakan bahan pangan sumber protein hewani utama penduduk di seluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan karakteristik telur yang bergizi lengkap sehingga disebut kapsul gizi atau superfood, berharga murah, tersedia dengan mudah, dan dapat diolah menjadi berbagai jenis menu makanan.

Telur berada pada urutan pertama dalam daftar makanan hewani yang tergolong makanan paling sehat di dunia (The World’s Healthiest Foods) versi The Huffington Post (USA), karena menyediakan protein yang sempurna, rendah kalori dan lemak, serta kaya nutrisi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia.

Dr. Don McNamara (2010) dari International Egg Nutrition and Resource Centre USA mengemukakan bahwa telur dapat menurunkan risiko penyakit jantung, mengurangi risiko kanker payudara dan usus besar.

Selain itu menurunkan risiko degenerasi mokular dan katarak, mengurangi pengecilan massa otot, meningkatkan kekenyangan dan membantu penurunan berat badan, serta merangsang kesehatan.

Menurut McNamara, menambah sebutir telur sehari pada menu makanan akan mengurangi risiko PJK dan kanker usus hingga 50 persen, kanker payudara sampai 40 persen, degenerasi mokular (penurunan penglihatan) sebesar 9,5 persen, kasus katarak 11 persen, sarkopenia (penurunan fungsi dan kekuatan otot) 0,5 persen, kelainan tabung syaraf 20 persen, serta meningkatkan kecerdasan dan mencegah kepikunan.

Telur merupakan sumber alami kolin, zat gizi esensial yang umumnya ditemukan dalam bentuk fosfatidilkolin (lesitin).

Tubuh manusia dapat memproduksi kolin dalam jumlah terbatas, sehingga kebutuhan kolin harus dipenuhi dari makanan.

Sebutir telur mengandung 113 mg kolin, atau sekitar 20 persen kebutuhan kolin pada lelaki dewasa. Asupan kolin yang memadai pada lelaki dewasa sebanyak 550 mg/hari dan perempuan 425 mg/hari.

Kolin berperan penting terhadap kesehatan jantung karena merupakan salah satu sumber vitamin B yang membantu mengubah homosistein menjadi metionin dan sistein.

Studi epidemiologis menunjukkan bahwa homosistein merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskuler, stroke, pikun, dan cacat tabung otak (neural tube defects).

Homosistein merupakan asam amino aktif yang dapat meracuni sel endotelial (sel terluar dari pembuluh darah), sehingga menyebabkan terjadinya inflamasi (peradangan).

Peradangan pada pembuluh darah ini merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan penyebab sumbatan pada pembuluh darah.

Apabila sumbatan terjadi pada pada pembuluh darah otak dapat mengakibatkan kematian pada sel otak, sehingga mengakibatkan terjadinya stroke iskemik (kematian jaringan otak atau infark serebral akibat kurangnya aliran darah dan asupan oksigen ke otak) (klikdokter.com, 2012).

Telur juga merupakan sumber yang baik dari vitamin B12, vitamin B lain yang sangat penting dalam proses metabolisme homosistein menjadi molekul yang aman, yaitu metionin dan sistein.

Studi terakhir dengan jelas menunjukkan fakta bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi telur secara rutin dengan peningkatan risiko PJK dan stroke.

Sebuah studi yang dilakukan Cho dkk. (2003) yang diterbitkan dalam Biological and Pharmaceutical Bulletin menunjukkan bahwa makan telur dapat menurunkan risiko serangan jantung atau stroke dengan membantu mencegah penggumpalan darah.

Penelitian Scrafford (2008) dari Exponent Health Sciences Practice Washington DC (USA) menyimpulkan bahwa makan satu sampai lebih dari 7 butir telur per minggu secara rutin ternyata tidak berkaitan dengan timbulnya PJK dan stroke.

Kesimpulan ini didukung oleh penelitian Barraj dkk. (2008) dari lembaga yang sama, bahwa sekitar 30-41 persen risiko kejadian PJK dan stroke masing-masing pada laki-laki dan perempuan disebabkan oleh kombinasi dari kebiasaan merokok, obesitas, gizi buruk, dan kurang gerak; faktor keturunan, etnis, gender dan umur bertanggung jawab antara 60 persen sampai 70 persen; sedangkan konsumsi telur bertanggung jawab hanya 0,1 persen sampai 0,4 persen.

Rokok: makanan tersakit

Masyarakat bergeming (diam). Harga rokok resmi naik mulai 1 Januari 2022, usai Menteri Keuangan Sri Mulyani menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) rata-rata 12 persen. Harga rokok antara Rp 20.000 - Rp 25.000 per bungkus.

Harga rokok sekitar Rp 2.000 per batang, setara harga sebutir telur. Rokok termasuk makanan paling sakit di dunia ((The World’s Sickest Foods). Bahaya rokok sudah dibuktikan oleh lebih dari 70 artikel ilmiah.

Balagh (2007) menyatakan dalam kepulan asap rokok terkandung 4.000 macam bahan kimia, 200 di antaranya beracun dan 43 jenis lainnya bersifat karsinogenik (penyebab kanker).

Beberapa zat yang sangat berbahaya antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Asap rokok mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi pernapasan dan mata.

Akibatnya, berbagai penyakit kanker mengintai, seperti kanker paru-paru (90 persen kanker paru-paru pada laki-laki dan 70 persen untuk perempuan disebabkan oleh rokok), kanker mulut, kanker leher rahim, kanker darah, kanker hati, jantung koroner, darah tinggi, stroke, asma, bronchitis, impotensi pada pria, bahkan rusaknya kesuburan wanita.

Risiko peningkatan penderita kanker paru-paru pada perokok pasif mencapai 20-30 persen, dan risiko penderita penyakit jantung sebanyak 25-35 persen. Rokok kretek menghasilkan 1,9-2,6 mg nikotin.

Efek langsung nikotin ke otak hanya memerlukan waktu dalam hitungan detik, yakni 10-16 detik.

Merokok sebungkus per hari dapat menyerap nikotin 20-420 mg nikotin/hari yang dapat meningkatkan plasma 23-35 ng/ml (Sofianty, 2010).

Di Indonesia, kebiasaan merokok merupakan salah satu risiko kedua terbesar penyebab kematian (17,3 persen) setelah hipertensi (28 persen), disusul diet tidak sehat (16,4 persen), diabetes (15,2 persen), obesitas (10,9 persen), dan kurang aktivitas fisik (1,4 persen).

WHO (2020) mencatat sekitar 225.700 orang Indonesia setiap tahun (618 orang setiap hari) meninggal akibat merokok atau penyakit lain berkaitan dengan tembakau.

WHO juga melaporkan penggunaan tembakau membunuh lebih dari 8 juta orang setiap tahun (15 orang per menit) di dunia, terdiri 7 juta pengguna aktif tembakau dan 1,2 juta orang perokok pasif.

Jika kesadaran tentang bahaya merokok tidak tumbuh, diprediksikan pada 2025 tercatat 10 juta perokok akan meregang nyawa.

Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) pada 2019 menyatakan merokok dikaitkan dengan 1,7 juta kematian akibat penyakit jantung iskemik, 1,6 juta kematian akibat penyakit paru obstruktif kronik, 1,3 juta kematian akibat kanker trakea, bronkus dan paru-paru, serta hampir 1 juta kematian akibat stroke.

Perokok memiliki harapan hidup rata-rata 10 tahun lebih rendah daripada mereka yang tidak merokok.

Riskesdas (2018) melaporkan 33,8 persen (89,570 juta) penduduk Indonesia (62,9 persen laki-laki dan 4,8 persen perempuan) adalah perokok.

Angka tersebut menjadikan Indonesia negara dengan jumlah perokok terbanyak ketiga di dunia setelah China dan India.

Selain itu terbanyak pertama di Asean, jauh melebihi Philipina (16,62 persen), Vietnam (14,11 persen), Myanmar (8,73 persen), Thailand (7,74 persen), Malaysia (2,90 persen), Kamboja (2,07 persen), Laos (1,23 persen), Singapura (0,39 persen), dan Brunei (0,04 persen).

Riskesdas juga mencatat angka perokok anak di Indonesia cukup tinggi, bahkan mengalami kenaikan dari 7,2 persen per 2013 menjadi 9,1 persen (7,235 juta) dari 79,5 juta anak per 2018.

Di antara perokok anak, 1,5 persen mulai merokok pada usia yang sangat muda, yaitu usia 5 sampai 9 tahun sehingga Indonesia mendapat julukan “baby smoker country”.

Lebih dari 30 persen perokok anak mengonsumsi lebih dari 10 batang per hari dan 2,6 persen mengkonsumsi lebih dari 20 batang per hari.

Konsumsi rokok oleh anak telah membakar percuma uang sebesar Rp 68,14 miliar per hari (Rp 24,87 triliun per tahun).

Hal ini dapat menjadi bom waktu pada 20-25 tahun mendatang, mengingat timbulnya penyakit seperti kanker berhubungan dengan lamanya merokok dan banyaknya rokok yang dikonsumsi.

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mulai merokok pada awal masa remaja dan terus menerus merokok selama 20 tahun atau lebih akan meninggal 20 atau 25 tahun lebih muda dibanding mereka yang bukan perokok.

Konsumsi rokok juga meningkatkan risiko stunting (balita kerdil) pada anak yang saat ini jumlahnya mencapai 24,4 persen (SGSI, 2021).

Salah konsumsi

Di Indonesia rokok telah menjadi kebutuhan dasar setara dengan makanan pokok. BPS (2021) mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan kelompok makanan sebesar Rp 603.236.

Pengeluaran tersebut digunakan untuk membeli rokok Rp 73.442 (12,17 persen), mengalahkan pengeluaran untuk pangan seperti beras Rp 66.789 (11,07 persen), ikan Rp 46.570 (7,72 persen), telur dan susu Rp 34.860 (5,78 persen), dan daging Rp 26.441 (4,38 persen).

Survei Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) pada Juli 2021, menyebutkan pengeluaran untuk konsumsi rokok keluarga miskin bahkan mencapai Rp 364.000 per bulan.

Pengeluaran rokok keluarga miskin setara dengan sepertiga pengeluaran untuk makan sehari-hari dan 2,5 kali lebih besar dari tagihan listrik.

Fakta tersebut membuktikan fenomena salah konsumsi (miskonsumsi) di Indonesia, di mana penduduk lebih mengutamakan konsumsi racun nikotin rokok penyebab penyakit jantung, paru-paru, kanker, dan gangguan kehamilan dan janin itu daripada telur dan sumber protein hewani lain yang menyehatkan jasmani dan mencerdaskan otak keluarga dan bangsanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com