“Penyediaan benih berkualitas dilakukan melalui nursery, kita bersinergi dan berkolaborasi, mempermudah akses penyaluran benih, efisiensi distribusi. Selain itu, kita ada Babebun, yaitu sistem penyediaan, pengawasan, dan peredaran benih kelapa sawit terintegrasi,” ucap Andi.
Baca juga: Kehilangan 7.000 Tenaga Honorer Jelang Pengawasan Kampanye, Bawaslu Surati Menpan-RB
Penguatan perkebunan kelima, lanjut dia, melalui Perkebunan Partisipatif (Pasti), yaitu pengembangan kawasan perkebunan tanaman semusim, seperti vanili, serai wangi, dan kelor.
Sementara itu, strategi keenam adalah menguatkan tata kelola perkebunan nasional.
Strategi tersebut, (dapat dilakukan) melalui penguatan integrasi regulasi, data dan informasi, pembinaan dan pengawasan izin usaha, yang didukung dengan penyusunan peta spasial dan Sistem Perizinan Berusaha Perkebunan (Siperibun), serta Digitalisasi Perkebunan.
“Sesuai perkembangan era digitalisasi, kita dituntut bekerja lebih efisien, transparan dan akuntabel. Untuk itu solusinya, Siperibun sebagai platform pelaporan perusahaan satgas tata kelola kelapa sawit,” jelas Andi.
Baca juga: Heru Budi Sebut Dinkes Akan Elaborasi Usulan RS Khusus Anak di Jakarta
Menurutnya, program elaborasi rintisan bisnis perkebunan Indonesia penting dilakukan demi meningkatkan produksi hingga menghasilkan peningkatan nilai tambah dan daya saing.
“Investasi sekali, untung berulang kali. Salah satu contoh dengan paket vanili dan paket sereh wangi, terdiri dari pengolahan lahan, benih, sarana produksi (saprodi), budi daya, bimbingan teknis (bimtek), pascapanen, pengolahan dan pemasaran," jelas Andi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya