Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revisi Target Pertumbuhan Kredit Perbankan, BI: Kami Lebih Konservatif

Kompas.com - 13/09/2023, 18:10 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan kredit perbankan dari semula 10 -12 persen menjadi 9 - 11 persen pada pengujung Juli lalu. Revisi dilakukan seiring dengan laju pertumbuhan kredit yang kian melambat.

Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan, penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 8,54 persen secara tahunan pada Juli 2023. Angka pertumbuhan itu sebenarnya lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 7,7 persen, namun dinilai belum cukup untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

"Ini masih perlu didorong, agar sesuai dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," kata dia, dalam Seminar Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Baca juga: Tips Memilih Kartu Kredit, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Selain itu, realisasi pertumbuhan kredit perbankan saat ini masih lebih rendah dari target yang dipatok perbankan dalam rencana bisnis bank (RBB). Juda menyebutkan, saat ini rata-rata perbankan masih memasang target pertumbuhan kredit sebesar 11 persen dalam RBB 2023.

Menurut Juda, dalam menetapkan RBB perbankan biasanya memasang target yang lebih optimistis. Namun, realisasinya cenderung berada di bawah target yang ditetapkan tersebut.

"Jadi kami (BI) lebih konservatif, mungkin 9 - 11 persen," kata Juda.

Untuk merealisasikan target tersebut, BI berkomitmen mendukung upaya penyaluran kredit perbankan melalui insentif kebijakan makroprudensial. Salah satunya ialah dengan memperbarui kebijakan insentif likuiditas makropridensial atau KLM.

KLM merupakan insentif berupa pelonggaran atas kewajiban pemenuhan giro wajib minimum (GWM). Melalui insentif ini, bank berpotensi menerima pengurangan GWM jika menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor usaha yang telah ditetapkan.

Baca juga: Bank Danamon Minta Nasabah Waspada Modus Penipuan Tunggakan Kartu Kredit

Dalam kebijakan teranyar bertajuk KLM Tahap 4, BI menambah besaran pelonggaran GWM dari semula total 2,8 persen dari dana pihak ketiga (DPK) bank menjadi 4 persen DPK bank. Nilai tersebut merupakan akumulasi dari insentif pembiayaan perbankan kepada sektor tertentu yang ditetapkan sebesar 2 persen, insentif kepada bank yang menyalurkan pembiayaan inklusif sebesar 1,5 persen, dan insentif terhadap penyaluran kredit menjadi paling besar 0,5 persen.

Selain itu, dalam pelaksanaan KLM Tahap 4, BI juga menyesuaikan sektor prioritas atau tujuan penyaluran kredit. Solikin menjelaskan, pada tahap-tahap sebelumnya, insentif KLM difokuskan untuk segmen usaha yang terdampak Covid-19 dan dapat membantu pemulihan ekonomi. Seiring berakhirnya pandemi, BI mengalihkan fokusnya ke segmen yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.

Oleh karenanya, sektor prioritas yang ditetapkan dalam KLM Tahap 4 ialah sektor hilirisasi minerba dan non minerba, perumahaan, serta pariwisata. Selain itu, BI juga masih mempertahankan sektor inklusif dan pembiayaan hijau.

"Dengan kebijakan makroprudensial ini mari kita sama-sama mendorong dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pembiayaan usaha," ucap Juda.

Baca juga: Dorong Kredit, BI Perkuat Insentif Likuiditas Bank

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Daftar Emiten yang Bakal Bagi-bagi Dividen pada Juni 2024

Whats New
Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Gencarkan Ekspansi Pasar Nasional, GNET Official Store di Tokopedia Miliki 19 Titik Distribusi

Rilis
Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang 'Berkeringat' Berikan Kredit

Insentif Likuiditas, BI: Insentif bagi Bank yang "Berkeringat" Berikan Kredit

Whats New
Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Mahendra Siregar Lantik 21 Kepala OJK Daerah, Simak Daftarnya

Whats New
Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Operasi Pipa Gas Cirebon-Semarang Tahap 1 Terus Dijaga Keandalannya

Whats New
Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Kota Tual dan Kepulauan Aru Jadi Lokasi Modeling Penangkapan Ikan Terukur KKP

Whats New
Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Prabowo Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, BI: Kami Akan Terus Bersinergi...

Whats New
Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Destry Damayanti: Kondisi Global Tidak Pasti, Stabilitas Nilai Tukar Rupiah Perlu Dipertahankan

Whats New
Pengusaha Konveksi: Jika Permendag 8/2024 Tak Diubah, Industri Kecil Menengah Mati

Pengusaha Konveksi: Jika Permendag 8/2024 Tak Diubah, Industri Kecil Menengah Mati

Whats New
Menunda Tapera untuk Pekerja

Menunda Tapera untuk Pekerja

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Kliring Berjangka untuk Lulusan S1 Hukum, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Kliring Berjangka untuk Lulusan S1 Hukum, Simak Persyaratannya

Work Smart
Mei Deflasi, BPS: Bukan Disebabkan Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Mei Deflasi, BPS: Bukan Disebabkan Pelemahan Daya Beli Masyarakat

Whats New
Tapera Dinilai Bisa Gerus PDB dan Bikin 466.830 Pekerjaan Hilang

Tapera Dinilai Bisa Gerus PDB dan Bikin 466.830 Pekerjaan Hilang

Whats New
CPNS 2024 Segera Dibuka, Apa Saja Dokumen yang Dibutuhkan?

CPNS 2024 Segera Dibuka, Apa Saja Dokumen yang Dibutuhkan?

Whats New
Hadirkan Produk Inovatif untuk Solopreneur, Bank Saqu Raih 1 Juta Nasabah dalam 6 Bulan

Hadirkan Produk Inovatif untuk Solopreneur, Bank Saqu Raih 1 Juta Nasabah dalam 6 Bulan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com