KOMPAS.com – Peran jasa ekspedisi semakin penting di tengah meningkatnya tren berbelanja online di e-commerce.
Seperti diketahui, setiap platform e-commerce membutuhkan peran perusahaan logistik atau kurir untuk mengantar barang kepada konsumen.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Logistik E-Commerce (APLE) Sonny Harsono mengatakan, peran jasa logistik makin dalam beberapa waktu vital belakangan. Hal ini karena jumlah konsumen yang berbelanja secara daring semakin meningkat.
Pasalnya, platform e-commerce menawarkan berbagai promo dan program menarik, seperti layanan gratis ongkos kirim (ongkir).
Baca juga: Dinilai Memuaskan, Konsumen dan Mitra Logistik Puji Program Garansi Tepat Waktu Shopee
Sonny menilai, platform e-commerce mengejar gross merchandise value (GMV) sebagai tolak ukur performance.
“GMV merupakan jumlah transaksi dan growth-nya. Untuk menjaga transaksi berjalan terus, e-commerce aktif memberikan layanan yang menarik dan terjangkau,” kata Sonny dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (16/6/2024).
Sonny menyoroti bahwa platform e-commerce, seperti Shopee, Blibli, Lazada, dan Tokopedia menggunakan strategi gratis ongkos kirim (ongkir) untuk menggaet pengguna.
Saat memilih layanan pengiriman barang, pengguna hanya bisa menerka waktu pengiriman, tapi tidak bisa memilih jasa pengiriman.
Baca juga: Perkokoh Ekonomi Nasional, Shopee Dorong UMKM Bertransformasi dan Berdaya Saing
Hal tersebut terjadi karena platform e-commerce tidak mencantumkan nama perusahaan pengirim (jasa logistik) pada bagian check out barang sebelum transaksi dilakukan.
Platform e-commerce hanya menampilkan layanan pengiriman yang tersedia, seperti reguler, same day, instan, serta kargo. Layanan ini juga hanya menampilkan waktu kedatangan pengiriman barang dan harga.
Jika sudah memilih barang yang ingin dibeli, konsumen langsung memilih jasa pengiriman berdasarkan layanan.
Konsumen dapat memilih layanan pengiriman mulai dari paling cepat hingga ekonomi/standar. Jika terdapat promo gratis biaya pengiriman alias ongkir, konsumen akan memanfaatkannya.
“Praktik tersebut juga dilakukan raksasa e-commerce Amazon. Bisa dikatakan, konsumen lebih mementingkan kecepatan barang tiba dan adanya insentif biaya pengiriman,” katanya.
Baca juga: Bidik Layanan COD Shopee, SiCepat Siap Ekspansi ke Seluruh Indonesia
Di sisi lain, Sonny berpandangan bahwa dugaan monopoli yang belakangan mencuat kepada perusahaan e-commerce perlu dipelajari. Pasalnya, pelaku usaha di e-commerce hanya menggunakan teknik marketing promosi silang antara platform dengan jasa kurir yang terafiliasi.
Menurutnya, hampir semua platform e-commerce memberikan ruang bagi jasa logistik lain. Dengan kata lain, pengguna dan konsumen menjadi pihak terakhir dalam memilih jasa kurir mana yang paling tepat buat mereka.
“Harus diperhatikan, bisnis e-commerce sifatnya sedikit berbeda dengan bisnis konvensional. Hal ini dijadikan pertimbangan utama agar asas fairness dan competitiveness dari industri digital tetap tumbuh dan tidak dirugikan,” tutur Sonny.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.