ISTILAH Dutch Disease pertama kali diperkenalkan majalah The Economist pada1977. Istilah ini merujuk pada penurunan kontribusi sektor manufaktur di Belanda setelah penemuan gas alam cair di Groningen pada 1959.
Dalam konteks ekonomi, Dutch Disease merujuk pada masalah yang muncul ketika negara sangat tergantung pada satu sektor khusus, biasanya sektor sumber daya alam (SDA). Ada beberapa tanda yang menunjukkan terjadinya Dutch Disease.
Pertama, eksploitasi sumber daya alam menghasilkan pendapatan besar, yang menyebabkan mata uang domestik menjadi lebih kuat.
Kedua, karena penguatan mata uang domestik, produk ekspor dari sektor manufaktur menjadi lebih mahal dan kurang bersaing di pasar internasional.
Ketiga, ekonomi menjadi terlalu bergantung pada harga komoditas, yang sering berfluktuasi, sehingga membuat ekonomi menjadi tidak stabil.
Contoh paling mencolok adalah Nauru. Dalam sejarahnya, Nauru pernah menjadi negara sangat kaya berkat tambang fosfat. Fosfat sangat penting dalam produksi pupuk.
Sayangnya, industrialisasi tidak terjadi di Nauru. Negara ini hanya memperoleh keuntungan dari kegiatan ekstraktif penambangan fosfat.
Karena sangat tergantung pada pertambangan, maka sektor lain (pertanian dan perikanan) menjadi kurang kompetitif. Namun tidak bertahan lama, ketika bahan baku fosfat habis pada 1980-an, Nauru mulai mengalami penurunan kesejahteraan.
Contoh lain adalah Venezuela yang sangat tergantung pada minyak bumi. Saat ini Venezuela mengalami hyperinflation dan turunnya daya beli masyarakat.
Rusia dan Nigeria juga mengalami keuntungan dengan kenaikan harga minyak bumi dan gas alam cair. Namun ketika terjadi penurunan harga minyak bumi dan gas alam cair, negara tersebut mengalami kegoncangan ekonomi.
Fakta menunjukkan bahwa fluktutasi harga komoditas cukup mengganggu perencanaan perekonomian berbagai negara.
Sebagai contoh, selama 25 tahun terakhir, harga minyak bumi sempat menyentuh 19 dollar AS per barel pada November 2001. Kemudian sempat menyentuh 127 dollar AS per barel pada Mei 2008.
Ketika pandemi COVID-19, harga minyak bumi anjlok ke 19 dollar AS per barel pada April 2020.
Harga gas alam cair sempat menyentuh 19 dollar AS per MMBtu pada September 2005. Harga gas alam sempat anjlok ke 1,8 dollar AS pada Juni 2020. Kemudian sempat melonjak naik menjadi 9,2 dollar AS pada September 2022.
Batu bara memiliki grafik yang unik. Sempat stagnan antara 52-131 dollar AS per ton dari April 2009 hingga Juli 2021.