JAKARTA, KOMPAS.com - Calon emiten PT Indo American Seafoods Tbk (ISEA) produsen dan eksportir produk olahan udang dengan brand Soematra-ku, berencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama ISEA, Ibnu Syena Alfitra mengatakan, pihaknya berencana melepas sebanyak-banyaknya 20,86 persen saham ke publik atau sebanyak-banyaknya 290 juta saham baru. Dalam aksi korporasi tersebut, ISEA menawarkan Rp 220 - Rp 250 per lembar saham.
“Kami menargetkan dana yang dapat terhimpun berkisar Rp 72,5 miliar,” kata Ibnu Syena dalam siaran pers, Kamis (4/7/2024).
Adapun dana IPO itu nantinya akan digunakan seluruhnya untuk modal kerja seperti pembelian bahan baku (90 persen), biaya penjualan dan pemasaran (5 persen), biaya perawatan dan utilitas (4,85 persen) serta biaya keperluan kantor (0,15 persen).
Baca juga: Dua Perusahaan Besar Bakal IPO Tahun Ini
Calon emiten industri pembekuan biota air itu, menggandeng PT KB Valbury Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek dengan perjanjian full commitment. Sejauh ini, ISEA telah memiliki pengalaman 18 tahun menjalankan usaha produsen dan eksportir produk olahan udang terintegrasi.
Produksi perusahaan dimulai dari budidaya udang Vannamei, pengolahan bahan baku udang menjadi berbagai macam produk olahan udang, cold storage untuk menjaga kualitas produk, hingga kemampuan untuk mengekspor ke Jepang dan Amerika Serikat.
ISEA memiliki anak usaha yakni PT Indokom Samudra Persada (ISP), aset strategis yang menjamin ketersedian bahan baku udang, yang berlokasi di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. ISP memiliki 96 kolam budidaya dengan jumlah kolam yang aktif beroperasi sebanyak 32 kolam.
ISEA juga memiliki 2 pabrik pengolahan udang yang berlokasi di Jl. Ir. Sutami Km 13, Desa Kemang, Sukanegara, Tanjung Bintang, Provinsi Lampung dengan kapasitas produksi pengolahan udang sebesar 70 ton per hari dan 2 fasilitas cold storage dengan kapasitas sebesar 2.700 ton.
Dengan kapasitas produksi kolam yang masih underutilized serta mayoritas penggunaan dana IPO yang digunakan untuk penambahan bahan baku, ISP masih memiliki peluang yang besar untuk dapat meningkatkan kapasitas produksi udang Vannamei secara in-house.
Baca juga: Produsen Makanan Merek Almonesia dan John Farmer Berencana IPO, Lepas 20 Persen Saham ke Publik
Ibnu Syena mengatakan, Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk melakukan ekspansi perdagangan produk hasil perikanan di pasar dunia karena memiliki potensi hasil perikanan yang melimpah, baik dari perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Selama periode Januari-Juni 2023, ekspor perikanan Indonesia mencapai sekitar 2,8 miliar dollar AS, dengan udang sebagai komoditas utama yang diekspor, terutama ke AS sekitar 70 persen, serta Jepang sekitar 19 persen.
“Pada 2023, pasar udang secara global diestimasikan menghasilkan 72,6 miliar dollar AS, dan diperkirakan mencapai CAGR 6,6 persen selama periode hingga 2032 karena popularitasnya sebagai sumber protein tinggi yang terjangkau,” ujarnya.
“Budidaya udang dari akuakultur memainkan peran penting dan menyumbang 55 persen dari total produksi udang secara global, dan udang Vannamei menyumbang sekitar 80 persen dari produksi tersebut,” lanjutnya.