Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kementan Luncurkan SSI untuk Genjot Sektor Rempah Indonesia

Kompas.com - 29/04/2021, 20:01 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memperkenalkan wadah untuk sektor rempah berkelanjutan di Indonesia bernama Sustainable Spices Initiative Indonesia (SSI-I).

SSI Indonesia akan menjadi wadah strategis bagi para pemangku kepentingan di bidang rempah-rempah untuk menyalurkan beragam inisiatif, agar bisa memastikan terwujudnya sektor rempah berkelanjutan di Indonesia.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud menyampaikan dukungannya terhadap lahirnya SSI Indonesia yang terhubung langsung dengan SSI di tingkat global.

“Kami harap wadah ini bisa memunculkan berbagai inisiatif baru yang dapat berkontribusi pada peningkatan sektor pangan dan agribisnis. Utamanya untuk pemberdayaan petani kecil dan meningkatkan akses peluang pasar yang berdampak positif pada kehidupan petani dan lingkungan,” ujarnya saat peluncuran SSI secara virtual, Kamis (29/4/2021).

Baca juga: Permintaan LNG Diprediksi Kembali Naik, PGN Siap Jaga Pasokannya

Sementara itu Ketua Sustainable Spices Initiative Global Alfons Van Gulick menjelaskan, pembentukan SSI Indonesia didasari oleh pentingnya suatu kolaboraborasi dan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan di sektor rempah-rempah di Indonesia.

Tantangan tersebut diantaranya adalah kurangnya fasilitas dan alat untuk bertani yang lebih baik, adanya hama dan penyakit, dampak akibat perubahan iklim, pengetahuan petani yang minim tentang praktik baik budidaya rempah, tuntutan pasar global untuk rempah-rempah yang berkelanjutan, hingga berkurangnya jumlah petani karena profesi ini belum bisa menunjang kesejahteraan yang lebih baik.

"Selain tujuan ekonomi, SSI Indonesia ingin agar sektor rempah dapat memberikan dampak keberlanjutan bagi kehidupan sosial dan lingkungan. Ini sangat sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda PBB," ungkap dia.

Di sisi lain, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kementerian Pertanian Dedi Junaedi mengatakan, pembentukan wadah ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan produk yang cukup di masa mendatang dan penekanan kepada hubungan satu sama lain sebagai masyarakat global.

"Kita harus menyelesaikan permasalahan bersama terkait rendahnya pendapatan petani, dampak perubahan iklim, minimnya inovasi praktik bertani, diantara permasalahan isu keberlanjutan lainnya di sektor rempah-rempah. Dengan kata lain, bisnis di sektor rempah akan berhasil jika dilakukan secara inklusif dan bertanggung jawab,” kata dia.

Baca juga: Jadwal dan Harga Tiket KA Bandara Kualanamu Medan 2021

Tak hanya itu, komitmen pemerintah untuk mewujudkan rempah-rempah berkelanjutan di Indonesia telah diwujudkan secara nyata dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Kementerian Pertanian RI dengan SSI Indonesia tentang Pengembangan Komoditas Rempah dan Tanaman Obat Secara Berkelanjutan dalam Mendukung Ekspor yang telah dilakukan pada 23 Maret 2021 lalu

“Saya berharap implementasi kerja sama yang mengacu pada nota kesepahaman ini dapat meningkatkan nilai tambah, daya saing serta akses pasar, meningkatan volume serta nilai ekspor komoditas rempah dan tanaman obat di Indonesia di pasar internasional,” ungkap dia.

Dia pun membeberkan terdapat 5 isu proritas yang menjadi perhatian SSI Indonesia yaitu, peningkatan pendapatan petani, peningkatan good agricultural practices, terciptanya model perdagangan yang adil dan menguntungkan petani dan memastikan implementasi kebijakan pertanian berkelanjutan dengan dukungan sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya, serta peningkatan layanan laboratorium.

Lalu terdapat lima area fokus kerja sama yang akan dilakukan SSI Indonesia dengan Kementerian Pertanian RI untuk sektor rempah berkelanjutan. Kelima fokus tersebut meliputi meningkatkan akses pasar global terhadap rempah-rempah yang berkelanjutan, mempromosikan praktik berkelanjutan dan mata pencaharian petani yang lebih baik,  mendorong generasi muda sebagai petani, meningkatkan nilai tambah rempah dan produk turunannya, dan yang terakhir meningkatkan infrastruktur kualitas ekspor.

Baca juga: Erick Thohir: Saya Minta Semua yang Terlibat Kasus Alat Tes Antigen Bekas Dipecat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Artha Graha Sediakan QRIS untuk Pembayaran di Kemala Run 2024

Bank Artha Graha Sediakan QRIS untuk Pembayaran di Kemala Run 2024

Whats New
Integrasi Infrastruktur Berlanjut, PGN Tingkatkan Aliran Gas Bumi hingga 48 BBTUD ke Jateng

Integrasi Infrastruktur Berlanjut, PGN Tingkatkan Aliran Gas Bumi hingga 48 BBTUD ke Jateng

Whats New
Kontrak PT Pindad Tumbuh 24,7 Persen pada 2024

Kontrak PT Pindad Tumbuh 24,7 Persen pada 2024

Whats New
Lelang 7 Seri SBSN, Pemerintah Kantongi Rp 10 Triliun

Lelang 7 Seri SBSN, Pemerintah Kantongi Rp 10 Triliun

Whats New
OJK Terbitkan Pedoman Kerja Sama BPR Syariah dan Fintech Financing

OJK Terbitkan Pedoman Kerja Sama BPR Syariah dan Fintech Financing

Whats New
Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Luhut soal Ormas Kelola Tambang: Bisa Konflik Kepentingan jika Enggak Diawasi

Whats New
Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Luhut Sebut Sempat Kesal Tak Bisa Ambil Keputusan soal Kepala Otorita IKN Mundur

Whats New
Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Inflasi Tinggi Dorong Pensiunan untuk Kembali ke Dunia Kerja

Whats New
Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Soal China Investasi Pabrik Semen di Aceh, Kemenperin Sayangkan Pemkab Tak Koordinasi dengan Pusat

Whats New
KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

KAI Ungkap Alasan Tak Langsung Terapkan Tarif Normal ke LRT Jabodebek

Whats New
Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Perusahaan Penambang Bitcoin Perluas Bisnis ke Sektor AI

Whats New
Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Bank Muamalat Bidik Pertumbuhan Tabungan Haji 15 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Kepala Otorita IKN Mundur, Kadin Yakin Investor Tidak Akan Hengkang

Kepala Otorita IKN Mundur, Kadin Yakin Investor Tidak Akan Hengkang

Whats New
Kepala Otorita IKN Mundur, Luhut Singgung soal Tak Bisa Eksekusi Lahan

Kepala Otorita IKN Mundur, Luhut Singgung soal Tak Bisa Eksekusi Lahan

Whats New
Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com