Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Upaya PGEO Ajak Warga Kamojang Berdayakan Sampah Jadi Rupiah

Kompas.com - 03/08/2023, 21:21 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), anak usaha Pertamina bidang panas bumi, berupaya menciptakan ekosistem hijau di wilayah kerjanya di Kabupaten Ibun, Kamojang, Jawa Barat. Salah satunya dengan pengelolaan sampah jadi rupiah.

Program tanggungjawab sosial (TJSL) atau corporate social responsibility (CSR) pengelolaan sampah ini masuk dalam Program Kamojang Green Living Ecosystem (KANG ELIE) sejak 2018.

Dalam program ini, warga diajak memberdayakan sampah untuk berbagai keperluan. Pertama, program Signal, yakni warga yang mengelola sampah bisa menukarnya dengan voucher internet. Hal yang sama juga diberlakukan bagi warga yang menanam pohon.

Kedua, sampah organik diolah jadi maggot. Ketiga, mengelola sampah anorganik dikonversi jadi e-money.

"Sampah dari perusahaan pakaian bayi yang banyak ada di Kamojang kami distribusikan ke bank sampah online. Itu jadi e-money dan itu jadi program promosi diskon. Yang dirangkul program ini ibu-ibu yang punya balita," kata General Manager PGE Area Kamojang Rachmat Harahap melalui keterangan pers, Kamis (3/8/2023).

Baca juga: Luhut Yakin 3 Tahun Lagi Indonesia Mampu Olah Sampah 30.000 Ton Per Hari

Selanjutnya, naik ojek bayar pakai sampah. Kemudian dari pengelolaan sampah, dikembangkan pula marketplace yang dikelola para pemuda.

"Kami bisa mereduksi emisi 4.000 ton CO2 per tahun dari program ini. Dari reduksi sampah anorganik 11,4 ton per tahun, nilai ekonomi sampah Rp 15,8 miliar per tahun dari 86 kelompok binaan," lanjutnya.

Atas prestasi tersebut, program KANG ELIE mendapatkan penghargaan Kategori Inovasi Program dalam E2S Proving League 2023.

"Apresiasi ini menjadi pelecut semangat untuk kami menuju PROPER mendatang,” lanjut Rahmat.

Baca juga: PGE Catat Pendapatan Baru dari Carbon Credit Senilai Rp 11,2 Miliar

Ini menjadi catatan penting PGEO untuk terus mendulang pendapatan dari "carbon credit". Seperti diketahui, PGEO membukukan pendapatan baru dari carbon credit senilai 747.000 dollar AS atau setara dengan Rp 11,2 miliar (kurs Rp 14.995 per dollar AS).

Sumber pendapatan baru (new revenue generator) ini tercatat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit (audited) dan dipublikasikan pada 30 Maret 2023.

Berdasarkan siaran pers, Minggu (2/4/2023), pendapatan carbon credit ini dihasilkan oleh dua Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Dua PLTP itu mencakup Ulubelu unit 3 dan 4 serta Karaha yang menghasilkan setara 1,7 juta ton pengurangan emisi karbon yang dihitung semenjak pembangkitan tersebut beroperasi secara komersial hingga awal tahun 2020.

PGE juga mencatatkan potensi pengurangan emisi karbon dari PLTP Kamojang unit 5, Lumut Balai unit 1 dan 2 yang menggunakan Gold Standard, serta PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 yang menggunakan Verified Carbon Standard (VCS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com