Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi Pertamina Garap BBM Ramah Lingkungan, Tak Sekadar Berlabel "Green"

Kompas.com - 08/09/2023, 07:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) terus mendorong transisi dari energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Hal ini untuk menjamin ketahanan energi nasional di masa depan.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, dalam pengembangan energi terbarukan, pihaknya tak ingin sekedar menghasilkan produk bahan bakar minyak (BBM) berlabel 'green' atau ramah lingkungan.

Dia ingin, produk BBM ramah lingkungan yang diproduksi Pertamina juga mampu sustainable atau berkelanjutan dan berdampak luas.

"Jadi strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua materialnya dan bahan bakunya dimiliki oleh Indonesia," ujarnya saat ditemui di sela-sela acara Indonesia Sustainable Forum (ISF) di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

"Jadi bukan cuma bicara 'green' saja, tapi juga harus sustainable, suplainya harus ada terus-menerus. Kemudian kita miliki kemampuan untuk kelolanya jadi energi lebih baik, yang disebut low carbon energy," lanjut Nicke.

Baca juga: Dirut Pertamina Ungkap Sederet Faktor yang Bikin Harga Energi Terbarukan Mahal

Ia mencontohkan, salah satu contoh dari penerapan produk green energy yang sustainable adalah biodiesel atau Biosolar. Saat ini, program biodiesel yang berbasis kelapa sawit sudah mencapai B35 dari mulanya B20.

Adapun B35 merupakan bahan bakar hasil percampuran antara 30 persen fatty acid methyl ester (FAME) dan 70 persen solar. FAME sendiri merupakan minyak nabati turunan dari minyak sawit mentah.

Pemanfaatan sawit ini sejalan dengan Indonesia yang merupakan salah satu produsen sawit terbesar di dunia, sehingga mampu untuk menyuplai minyak sawit secara berkelanjutan ke banyak sektor, termasuk sektor energi.

"Jadi kami yakini bahwa biodiesel adalah sustainable energi yang memang cocok untuk Indonesia karena bisa meng-create lapangan pekerjaan, mulai dari perkebunan, pabrik prosesnya, maupun distribusi. Jadi ini salah satu yang diluncurkan (B35)," jelasnya.

Baca juga: Implementasi B35 Bisa Hemat Devisa hingga 10,75 Miliar Dollar AS

Nicke menuturkan, Pertamina juga tengah menjajaki peluang lainnya dalam memproduksi energi ramah lingkungan. Di antaranya yakni produk turunan gas dan ethanol.

Dalam produk gas, Pertamina sedang mengembangkan green hydrogene atau hidrogen hijau, sementara pada ethanol sedang dikembangkan dari molases tebu dan akan berpeluang juga menggunakan singkong, sorgum, jagung, dan limbah tanaman lainnya.

"Tentu saja produk lain akan kita lakukan juga penjajakan, apakah pengembangan teknologi, ataupun kita menggunakan teknologi yang proven di luar negeri, kemudian diadaptasi dengan kebutuhan dalam negeri," papar Nicke.

Baca juga: Soal Usulan Pertalite Jadi Pertamax Green 92, ESDM: Belum Dibahas...

Terpisah, Direktur Strategi Portfolio dan Pengembangan Usaha Pertamina Salyadi Saputra mengatakan, Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan. Salah satunya bioenergi.

Potensi bioenergi Indonesia bisa didapat dari tanaman sawit, tebu, hingga jarak pagar yang bisa menjadi pencampuran bahan bakar minyak, sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menjadi lebih ramah lingkungan.

"Bioenergi yang berasal dari bahan organik dan produk limbah menawarkan alternatif terbarukan dan ramah lingkungan terhadap bahan bakar fosil tradisional, yang tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, namun juga memberikan keamanan energi dan merangsang pertumbuhan ekonomi," jelas Salyadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com