Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Melemah Dekati Level 16.000, Sri Mulyani: Dollarnya yang Menguat...

Kompas.com - 25/10/2023, 20:08 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih lebih baik dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara tetangga dan negara maju.

Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS hanya melemah 0,7 persen sejak awal tahun 2023 hingga 20 Oktober lalu (year to date/ytd).

Besaran pelemahan itu memang lebih rendah dibanding dengan depresiasi mata uang negara tetangga seperti peso Filipinan (-2 persen), dong Vietnam (-3,8 persen), baht Thailand (-5,5 persen), hingga ringgit Malaysia (-8,3 persen).

Baca juga: IHSG Ditutup Menguat pada Level 6.834, Rupiah Melemah ke Posisi Rp 15.870 Per Dollar AS

"Sebetulnya rupiah kita dalam posisi yang relatif baik depresiasisnya, meskipun orang Indonesia biasanya lihatnya nominal," kata dia, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Oktober 2023, Rabu (25/10/2023).

Dengan melihat depresiasi yang dialami oleh banyak mata uang, Sri Mulyani menyebutkan, pelemahan yang dialami rupiah belakangan bukan disebabkan oleh sentimen dalam negeri, melainkan indeks dollar AS yang memang menguat.

"Penyebabnya (depresiasi) mungkin bukan rupiahnya tapi dollarnya yang menguat. Dollar dengan interest yang tinggi memang kita lihat DXY (indeks dollar AS) adalah mengalami kenaikan 2,7 year to date," ujarnya.

Lebih lanjut bendahara negara menjelaskan, menguatnya indeks dollar AS selaras dengan tingkat imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS. Ia menyebutkan, yield obligasi AS dengan tenor 10 tahun telah melewati level 5 persen, tertinggi sejak 2007.


Baca juga: Rupiah Melemah, Harga Makanan dan Minuman Berpotensi Naik

Dengan demikian, investor mengalihkan dananya dari pasar keuangan negara berkembang ke pasar keuangan AS. Hal ini terefleksikan dari tren capital outflow yang terjadi di pasar keuangan Indonesia.

Sri Mulyani menyebutkan, hingga Agustus lalu sebenarnya terdapat capital inflow sebesar Rp 110 triliun secara ytd. Namun, modal asing itu terus keluar pada September-Oktober, sehingga hanya menyisakan Rp 43,6 triliun hingga 23 Oktober lalu.

"Dengan capital outflow yang cukup terjadi pada bulan September-Oktober ini, maka kita lihat pergerakan nilai tukar kita (terdepresiasi)," ucap dia.

Baca juga: Rupiah Melemah Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS, Pengusaha: Kami Pasti Terdampak...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com